Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Bob Marley, Sang Rasta Pelantun Reggae

Kompas.com - 06/02/2019, 16:11 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

 KOMPAS.com - Don't worry about a thing. 'Cause every little thing is gonna be alright.

Demikian penggalan lirik dari lagu berjudul Three Little Birds yang dipopulerkan oleh penyanyi asal Jamaika, Bob Marley.

Dia terkenal karena keyakinannya yang kuat pada "Gerakan Rastafari", yang dapat tercermin dari lagu-lagu yang dia nyanyikan.

Sebagai penyanyi, musisi, dan penulis lagu, Marley menjadi duta dunia untuk musik reggae. Lagunya terjual lebih dari 20 juta kopi selama kariernya.

Jika dia masih hidup hingga hari ini, Bob Marley berusia 74 tahun.

Kehidupan awal

Robert Nesta Marley lahir pada 6 Februari 1945 di St. Anne, Nine Mile, Jamaika. Orangtuanya bernama Norval Sinclair dan Cederlla Booker.

Norval merupakan seorang pengawas sebuah perkebunan, sementara Cedella berprofesi sebagai penulis lagu. Ayahnya yang berkulit putih meninggal dunia ketika Marley masih berusia 10 tahun.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Charles Pretty Boy Floyd, Gangster Paling Dicari FBI

Salah satu teman masa kecilnya di St. Anne adalah Neville "Bunny" O'Riley Livingston.

Keduanya bersekolah di tempat yang sama dan berbagi kecintaannya pada musik. Bunny mengingspirasi Marley untuk belajar bermain gitar.

Bob Marley. (Getty Images via Biography) Bob Marley. (Getty Images via Biography)
Kedekatan mereka turut berpengaruh pada kehidupan ayah Bunny, Thadeus, dan ibu Marley.

Akhirnya, keduanya dikaruniai seorang putri bernama Pearl.

Mereka semua tinggal bersama untuk sementara waktu di Kingston. 

Saat berada di Kingston pada akhir 1950-an, Marley hidup di salah satu lingkungan termiskin di kota tersebut, Trench Town.

Namun, itu semua membuatnya menemukan inspirasi untuk bermusik.

Trench Town memang dikenal dengan sejumlah pemain musik yang sukses dan dianggap sebagai "Motown of Jamaica".

Musik dari Amerika Serikat juga mengalir di kota tersebut melalui radio dan jukebox.

Bob Marley kemudian menyukai seniman seperti Ray Charles, Elvis Presley, Fats Domino, dan Drifters. Marley putus sekolah pada usia 14 tahun. Bersama Livingston, dia mencurahkan waktu untuk musik.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Guy Fawkes, Simbol Perlawanan Populer

Dengan bimbingan Joe Higgs, Marley berupaya meningkatkan kemampuan bernyanyi.

Sampai akhirnya, dia bertemu dengan Peter McIntosh atau Peter Tosh yang akan memainkan peran penting dalam karier Marley.

Bob Marley and The Wailers. (thewailers.net) Bob Marley and The Wailers. (thewailers.net)
The Wailers

Leslie Kong, seorang produser rekaman setempat, menyukai karakter suara Marley dan membuat rekaman beberapa single, termasuk yang pertama berjudul "Judge Not" dirilis pada 1962.

Dia tidak tampil baik sebagai artis solo, sehingga dia bergabung dengan teman-temannya.

Pada 1963, Marley, Livingston, dan McIntosh membentuk The Wailing Wailers, dengan single pertama berjudul "Simmer Down".

Segera, lagu tersebut naik ke puncak tangga lagu jamaika pada Januari 1964. Beberapa orang masuk dalam band seperti Junior Braithwaite, Beverly Kelso dan Cherry Smith.

Tahun berikutnya, band reggae ini merilis album pertama mereka, The Wailing Wailers, dengan single yang sukses "Rude Boy".

Ditinggalkan Braithwaite dan Kelso, The Wailers merilis album internasional pertama "Soul Rebels" pada 1970.

Pada 1971, band ini merilis dua album populer, "Soul Revolution", dan "The Best of the Wailers".

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: AA Milne, Penulis Petualangan Winnie the Pooh

Tahun berikutnya, Marley menandatangani kontrak dengan CBS Records yang berbasis di London.

The Wailers tampil bersama I-Threes, grup wanita yang anggotanya termasuk Marcia Griffiths, Judy Mowatt dan istri Marley, Rita.

Band yang kemudian dinamakan Bob Marley & The Wailers, melakukan tur secara luas dan membantu meningkatkan popularitas reggae di luar negeri.

Pada 1975, mereka mencetak hit Top 40 pertama mereka di Inggris dengan lagu "No Woman, No Cry."

Pernikahan dan Rastafari

Marley menikahi Rita Anderson pada 1966 dan menghabiskan beberapa bulan tinggal di Delaware, AS, bersama ibunya.

Ketika kembali ke Jamaika, dia mulai menjelajahi sisi rohaninya. Dia mengembangkan minat pada gerakan Rastafari.

Gerakan Rastafari baik secara agama dan politik dimulai di Jamaika sekitar 1930-an. Marley lalu menumbuhkan rambut gimbal khasnya.

Sebagai seorang Rasta yang taat, Marley bahkan mengikuti bagian dalam ritual penggunaan ganja.

Gerakan tersebut meyakini jika merokok ganja dapat membersihkan tubuh dan pikiran, serta membawa jiwa lebih dekat kepada Tuhan.

Dari Jamaika, gerakan Rastafari menyebar ke seluruh dunia berkat popularitas dari Bob Marley. Lirik lagu dari bintang reggae itu penuh dengan berbagai doktrin Rasta.

Hingga kini, Rastafarianiesme tidak pernah menjadi agama yang sangat terorganisir, dan banyak penganutnya memandangnua sebagai budaya atau cara hidup.

Upaya pembunuhan

Kembali ke Jamaika, Marley dipandang sebagai pendukung Partai Nasional Rakyat.

Pengaruhnya itu dianggap sebagai ancaman sehingga ada upaya pembunuhan terhadapnya pada 1976. Dua hari sebelum konser, sekelompok pria bersenjata menyerang Marley dan Wailers.

Satu peluru mengenai tulang dada dan bisep Marley. Meski tidak terluka parah, tapi manajernya, Don Taylor, terkena tembakan lima kali dan harus menjalani operasi untuk menyelamatkan hidupnya.

Motif penembakan tidak pernah terungkap dan Marley meninggalkan negara itu sehari setelah konser.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Ruth Handler, Pencipta Boneka Barbie

Selama di Inggris, Marley menulis lagu Exodus, yang menceritakan analogi kisah Musa dan orang Istael meninggalkan pengasingan.

Dirilis pada 1977, lagu ini memuncak di Inggris dan seluruh lagunya dalam albumnya merajai tangga lagu selama lebih dari setahun. Album tersebut hingga hari ini dianggap sebagai salah satu yang terbaik.

Kematian

Pada 1977, Marley didiagnosis menderita melanoma ganas, sejenis kanker kulit. Penyakit itu diketahui setelah dokter menemukan luka pada jari kakinya yang terluka akibat bertanding sepak bola.

Saat itu, dokter merekomendasikan agar kaki Marley diamputasi, namun dia menolaknya.

Meski mampu melawan kanker selama berbulan-bulan, Marley tidak punya waktu lebih lama untuk hidup.

Dia memutuskan untuk kembali ke Jamaika untuk terakhirnya. Namun, dia tidak pernah sampai ke sana karena meninggal dunia di Miami, Florida, pada 11 Mei 1981, ketika usianya baru mencapai 36 tahun.

Menurut beberapa laporan, terungkap kata-kata terakhir yang dia ucapkan kepada putranya, Ziggy Marley.

"Uang tidak bisa membeli kehidupan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com