Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Orang Indonesia yang Merayakan Imlek di Swiss...

Kompas.com - 05/02/2019, 19:57 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

"Keluarga di rumah juga telepon, aku ditanya, di sini aku makan apa saja pas malam Imlek, terus disuruh masak daging babi yang banyak buat persediaan makan," ujar Fany.

Sementara itu, Fany juga teringat perayaan Imlek semasa kecil. Dulu ia masih menerima angpau dari beberapa anggota keluarga dan juga beberapa tradisi Tionghoa yang melekat di keluarganya.

"Pas zaman kakekku, masih ada tradisi enggak boleh buang sampah ketika Imlek. Cuci piring saja enggak boleh. Padahal keluarga besar datang kan, sampai kotor gitu dapurnya. Pokoknya pas Imlek isinya cuma makan sama silaturahmi saja," ujar Fany.

Tak hanya tradisi tidak boleh bebersih ketika perayaan Imlek, ternyata tradisi tidak boleh memakan bubur pun juga pernah dilakukan oleh keluarganya.

"Imlek itu harus makan besar, seperti daging bagus dan mahal. Tidak boleh makan miskin-miskin. Bubur kan versi miskinnya nasi," ujar Fany.

Menurut dia, kalau di keluarga itu menyediakan bubur sebagai hidangan Imlek, diyakini akan memulai tahun baru dengan bermiskin-miskin terus selama setahun.

Baca juga: Memahami Tradisi dan Kepercayaan Terkait Perayaan Imlek...

Kemudian, keluarganya hingga saat ini masih melakukan tradisi potong rampung jelang malam tahun baru Imlek.

Fany mengungkapkan bahwa ayahnya dan adiknya masih melakukan tradisi potong rambut yang diyakini bisa membuang kesialan pada tahun sebelumnya.

"Tiap Imlek, papa dan adikku pasti potong rambut. Aku waktu itu menolak disuruh potong rambut, kan sayang rambutku niatnya mau dipanjangin pas tahun 2011," ujar Fany.

Memiliki pengalaman merasakan Imlek di negeri orang tak mambuat Fany kecewa karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga.

Ia sangat bersyukur karena keluarganya menelepon dan mengabarkan kabar baik. Tahun ini, Fany berharap mendapatkan rejeki dan kesehatan yang baik, dan juga kebahagiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com