Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Perempuan Saudi Diduga Minta Suaka di Australia

Kompas.com - 04/02/2019, 12:03 WIB
Ervan Hardoko

Editor

CANBERRA, KOMPAS.com - Unit Penjaga Perbatasan Australia (ABF) dituduh menghalang-halangi sejumlah perempuan Arab Saudi masuk ke negeri ini.

ABF mencurigai mereka akan mengajukan suaka begitu mereka tiba di bandara Australia.

Program Four Corners ABC mendapatkan bukti dua perempuan Arab Saudi ditolak masuk ke Australia begitu mereka tiba di Bandara Sydney.

Selain itu, kabarnya sejumlah perempuan Arab Saudi yang tiba sendirian di Australia langsung diperiksa jika mereka bepergian tanpa pendamping pria.

Baca juga: Otoritas Thailand Tidak akan Deportasi Perempuan Saudi yang Lari dari Keluarganya

Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 80 perempuan Arab Saudi mencari suaka di Australia.

Umumnya mereka melarikan diri dari hukum perwalian yang membuat suami, ayah, saudara lelaki, paman, dan bahkan anak lelaki mengontrol kehidupan mereka.

Sejumlah perempuan Arab Saudi yang berhasil masuk ke Australia, kini menunggu proses permintaan suaka.

Salah satunya bernama Ranya (bukan nama sebenarnya), berusia 28 tahun. Pada awal 2017, dia menunggu temannya yang baru tiba di Bandara Sydney.

Namun, kawan yang ditunggu itu tidak pernah muncul dari ruang kedatangan.

"Dia berencana mengajukan suaka di sini. Dia datang dari Arab Saudi ke Indonesia dan Indonesia ke Sydney," kata Ranya kepada ABC.

"Sejak itu saya tak pernah mendengar kabar darinya atau apa yang terjadi padanya," ujarnya.

Pengalaman serupa disampaikan Dr Taleb Al Abdulmohsen, aktivis asal Arab Saudi yang tinggal di Jerman.

Dia menjalin kontak dengan Amal (bukan nama sebenarnya), yang tiba di Bandara Sydney pada November 2017.

"Mereka curiga dia akan meminta suaka. Ketika dia tidak diizinkan masuk dan akan dipulangkan ke Arab Saudi, dia lantas meminta suaka. Tapi mereka tidak membiarkannya melakukan hal itu," ujar Dr Taleb kepada ABC.

Amal lalu memberitahu Dr Taleb bahwa dia dimasukkan ke tahanan imigrasi dan tidak mendapatkan pengacara.

"Tiga hari kemudian, mereka melakukan deportasi, mengirim dia kembali ke Korea Selatan, tempat dia transit dalam perjalanan ke Sydney," lanjut Dr Taleb.

Dia mengaku sempat mengontak Amal namun kemudian kehilangan kontak.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya," katanya.

Sementara, para perempuan Saudi yang berhasil masuk ke Australia pun kini merasa tetap tidak aman.

Mereka mengaku dilecehkan dan diintimidasi warga Arab Saudi yang tinggal di Australia dan memaksa mereka pulang.

Menurut sumber ABC, salah seorang di antaranya bekerja untuk Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi.

"Saya tidak tahu bagaimana mereka mendapatkan email saya. Dia mencoba bertemu dan mengaku hanya ingin ngobrol. Tentu saja saya menolak," kata Ranya.

Seorang wanita lainnya berusia 23 tahun, Rawan (bukan nama sebenarnya), mengatakan Pemerintah Arab Saudi telah menawarkan beasiswa bagi para perempuan ini asal mereka kembali ke negaranya.

Baca juga: Ditolak Masuk Thailand, Perempuan Saudi Takut Dibunuh jika Dipulangkan

Menurut Rawan, pemerintah Arab Saudi seakan menjamin tidak akan terjadi apa-apa pada mereka jika kembali ke negaranya.

"Mereka berbohong supaya kami bisa kembali dan tidak membicarakan apa yang terjadi di Arab Saudi. Mereka ingin agar kami diam," katanya.

Menteri Imigrasi Australia David Coleman menolak menjawav pertanyaan ABC mengenai perlakuan petugasnya terhadap perempuan pencari suaka asal Arab Saudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com