WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan pujian kepada barisan intelijennya setelah sebelumnya memberi kritikan.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump menuturkan telah menggelar pertemuan dengan petinggi intelijen di Ruang Oval Gedung Putih.
Dilansir AFP Jumat (1/2/2019), dalam pertemuan itu hadir Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Gina Haspel, dan Direktur Intelijen Nasional Daniel Coats.
Baca juga: Trump kepada Intelijen AS: Sana Kembali ke Sekolah!
Trump mengatakan di Twitter, para petinggi intelijennya berujar bahwa pernyataan mereka dalam Rapat Dengar Pendapat Senat telah ditafsirkan keliru oleh media.
"Dalam pertemuan ini, kami sama-sama bersepakat tentang isu di Iran, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta Korea Utara (Korut)," ujar Trump.
Just concluded a great meeting with my Intel team in the Oval Office who told me that what they said on Tuesday at the Senate Hearing was mischaracterized by the media - and we are very much in agreement on Iran, ISIS, North Korea, etc. Their testimony was distorted press.... pic.twitter.com/Zl5aqBmpjF
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 31, 2019
"Saya sarankan Anda membaca pernyataan mereka secara utuh. Saya menghargai komunitas intelijen kami. Untungnya, pertemuan berlangsung baik," lanjutnya.
Kepada CNN, Trump menegaskan kembali bahwa pernyataan keduanya sudah dikutip keluar dari konteks. "Itu adalah perbuatan media palsu," katanya.
Presiden 72 tahun itu tidak menjabarkan bagian mana dari kalimat Coats serta Haspel yang ditafsirkan keliru oleh media.
Adapun CNN memberitakan rapat dengar pendapat mereka disiarkan secara langsung, dan seluruh laporan penilaian mereka dirilis kepada publik.
Sebelumnya, Trump mengeluarkan kecaman dengan menyebut intelijen AS naif terkait laporan mereka tentang perkembangan Iran dan Korut.
Dalam pandangan Trump, komunitas intelijen AS bertindak pasif karena mengindahkan bahaya yang bisa ditimbulkan oleh Iran.
Dia mengungkapkan ketika sudah menjadi presiden, Iran sudah membuat masalah baik di kawasan Timur Tengah maupun di negara lain.
Trump mengklaim, sejak dia memutuskan keluar dari perjanjian nuklir 2015 pada Mei 2018, Teheran sudah menunjukkan sikap "berbeda".
Namun, dia memperingatkan, Iran masih menyimpan potensi bahaya dan konflik. Sebab, mereka masih melakukan uji coba roket pada pekan lalu.
Baca juga: Trump Bantah Laporan Kepala Intelijen AS soal Korut dan ISIS
"Ekonomi yang sedang tersendat membuat langkah mereka tertunda. Berhati-hatilah terhadap Iran. Mungkin intelijen harus kembali ke sekolah!" ujarnya.