CUCUTA, KOMPAS.com - Pada siang hari yang terik, ribuan warga Venezuela berjubel di Jembatan Simon Bolivar dan hendak menuju Kolombia.
Dengan membawa koper, membawa kereta bayi, hingga kanvas, mereka menuju negara di mana segebung uang yang mereka bawa tidak berarti apa-apa.
Inflasi hingga 80.000 persen di Venezuela membuat gaji yang mereka dapatkan menjadi tidak berguna, dan menyulut serangkaian aksi kekerasan serta kemiskinan.
Baca juga: Krisis Ekonomi Bikin Wanita Venezuela Terpaksa Jadi PSK
Di kota perbatasan seperti diwartakan Daily Mirror Rabu (30/1/2019), kebanyakan para pengungsi itu datang dalam keadaan lelah setelah menempuh perjalanan panjang.
Di antara pengungsi itu terdapat keluarga kecil Graicel Sulado, suaminya Franyer Suarez, serta putra mereka yang berusia 10 tahun Adrian.
Dia berusaha tegar. Namun berkali-kali dia menyeka air matanya karena tak menyangka, mereka bakal hidup dalam kondisi serba kekurangan.
"Saya ingin menangis. Saya hanya tak menyangka hal ini bakal terjadi dalam kehidupan kami," kata perempuan berusia 29 tahun itu.
Sulado mengatakan, mereka datang ke Kolombia tanpa mempunyai uang untuk sekadar membayar makanan dan minuman selama perjalanan.
Sementara Suarez mengeluhkan dia dulunya mempunyai pekerjaan yang bagus. Namun kini, hasilnya tak cukup untuk sepotong roti.
"Saya sampai tidak bisa tidur karena saya khawatir tentang nasib kami. Kota Barquisimento tempat kami tinggal tidak aman, di mana polisi dan tentara di mana-mana," tuturnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.