Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem: AS Lebih Dingin dari Antartika, Australia Masih Panas

Kompas.com - 31/01/2019, 10:44 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

CHICAGO, KOMPAS.com - Cuaca ekstrem telah mendatangkan malapetaka di seluruh bagian dunia pada bulan ini.

Ketika wilayah Barat Tengah atau Midwest Amerika Serikat diterpa suhu dingin yang memecahkan rekor terdingin akibat pusaran kutub, cuaca ekstrem panas justru melanda Australia.

Diwartakan USA Today, Rabu (30/1/2019), di "Negeri Kanguru", terik matahari telah menyebabkan kebakaran hutan dan satwa liar mati. Saking panasnya, ular pun mencari perlindungan di toilet.

Baca juga: Akibat Cuaca Dingin Ekstrem, Rel Kereta di Chicago Dibakar

Sementara di Alaska, justru cuaca terlalu hangat untuk perlombaan kereta luncur anjing.

"Hujan dan kondisi jalan yang buruk menyebabkan pembatalan Race Dog Sled Willow 300 pada tahun ini," demikian laporan dari Anchorage Daily News.

Pada pekan lalu, area Adelaide merasakan cuaca panas 46,6 derajat Celcius, dan tercatat sebagai suhu tertinggi yang pernah dialami kota di Australia.

Puluhan kuda liar ditemukan dalam kondisi mati dan sekarat di sumber mata air yang mengering di dekat Santa Teresia, Australia, akibat cuaca panas ekstrem sepanjang Januari 2019. (Facebook/Ralph Turner) Puluhan kuda liar ditemukan dalam kondisi mati dan sekarat di sumber mata air yang mengering di dekat Santa Teresia, Australia, akibat cuaca panas ekstrem sepanjang Januari 2019. (Facebook/Ralph Turner)
Laporan Channel News Asia menyebutkan, pesisir barat Australia menghadapi cuaca panas dan kering selama tiga bulan ke depan.

Biro Meteorologi Australia (BOM) memprediksi hanya ada peluang 20 persen negara bagian Austrlia Barat akan ditimpa curah hujan sepanjang 1 Februari hingga 30 April 2019.

Selain itu, ada peluang 70 persen wilayah Australia yang akan mengalami suhu di atas rata-rata selama tiga bulan mendatang.

Cuaca panas dan kering berpotensi merusak produksi gandum di Australia Barat pada musim depan.

Di belahan bumi bagian Amerika, lebih dari 1.500 penerbangan terganggu dan orang-orang di wilayah Barat Tengah AS terpaksa tinggal di dalam rumah ketika suhu udara lebih dingin dari Antartika.

Pengiriman surat ditangguhkan, sejumlah sekolah dan bisnis tutup. Kota terbesar ketiga di negara itu, Chicago, suhu pada pagi hari tercatat -30 derajat Celcius.

Sementara, angin dingin berhembus dengan suhu -46 derajat Celcius.

BBC mencatat, temperatur di sebuah kota kecil Grand Folks di Negara Bagian North Dakota menyentuh -54 derajat Celsius pada Rabu pagi.

Baca juga: Cuaca Dingin Ekstrem Landa AS Tewaskan 7 Orang

Penyebab cuaca dingin ekstrem ini adalah pusaran udara Arktik yang berpisah dari pusaran kutub yang biasanya mengelilingi Kutub Utara.

"Sebuah rekor massa udara Arktik akan tetap berada di AS bagian tengah dan timur selama beberapa hari ke depan," demikian pernyataan National Weather Service AS, dikutip dari AFP.

Cuaca dingin ekstrem telah menewaskan 7 orang, sementara pusat-pusat penghangatan dibuka bagi lansia, serta kapasitas tempat penampungan tunawisma meningkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com