Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Sebut Masih Bernegosiasi Proyek Rp 281 Triliun yang Dibiayai China

Kompas.com - 30/01/2019, 13:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memberi perkembangan soal proyek pembangunan jalur kereta sepanjang 688 km.

Mahathir berkata, pemerintahannya belum memberi keputusan final proyek Jalur Kereta Pesisir Timur (ECRL) yang menelan biaya 20 miliar dollar AS, atau Rp 281 triliun.

Proyek ini ditangani Perusahaan Konstruksi dan Komunikasi China (CCCC) dan 85 persen pembiayaan ditanggung Bank Ekspor-Impor China.

Baca juga: Mahathir: Kami Bisa Miskin jika Teruskan Proyek Rp 281 Triliun yang Dibiayai China

Seperti dikutip The Star via Asia One Rabu (30/1/2019), Mahathir berujar pihaknya masih mencari solusi yang lebih baik.

"Kami masih bernegosiasi. Kami merasa harus memberi waktu tambahan bagi kedua pihak (Malaysia dan China) untuk menawarkan solusi," ujarnya.

Dalam keterangan pers seusai memimpin rapat Partai Pribumi Bersatu Malaysia, Mahathir mengatakan pemerintah terbuka jika ada pilihan lain.

"Saya tidak berada dalam posisi untuk memberi penjelasan apa yang kami lakukan. Namun sampai saat ini, belum ada keputusan final yang dibuat," tuturnya dilansir Channel News Asia.

Terdapat rumor bahwa pemerintahan Mahathir tengah mengincar kontraktor lain setelah memutus kontrak yang diserahkan kepada CCCC.

PM berjuluk Dr M itu mengakui sudah terdapat penawaran harga lebih rendah, dan menuturkan pemerintah sebelumnya mematok harga terlalu tinggi.

"Kami harus memastikannya dengan saksama," kata Mahathir seraya menambahkan, pihaknya mempelajari biaya proyek ECRL secara hati-hati.

Sebelumnya, Mahathir menuturkan dia meminta seluruh pihak memaklumi kebijakan pemerintahannya yang berusaha menekan pengeluaran pemerintah sebelumnya.

Salah satunya terkait dengan kabar rencana pembatalan proyek ECRL yang terjadi di era pendahulu Mahathir, Najib Razak, pada 2016.

"Bukan karena kami tidak menghormati kontrak. Melainkan karena kami tidak mampu untuk membayarnya," kata Mahathir di hadapan awak media.

Baca juga: Malaysia Batalkan Proyek Bernilai Rp 281 Triliun yang Dibiayai China

"Proyek ini bakal membuat kami jadi miskin karena menelan 100 miliar ringgit (Rp 343 triliun). Kami melakukannya karena kami sedang mengetatkan ikat pinggang kami," ulasnya.

Sumber dari pemerintah menerangkan, jika membatalkan proyek tersebut, maka Malaysia harus siap menanggung penalti pembatalan.

"Kompensasi yang harus kami bayarkan tidak sebanding dengan utang yang bakal kami tanggung dalam 30 tahun ke depan," kata Mahathir saat ditanya tentang penalti itu.

Sementara Najib yang menawarkan proyek itu tanpa melalui lelang pernah menuturkan bahwa Mahathir melakukan kesalahan dengan membatalkannya.

Dia kemudian menantang Mahathir untuk memaparkan sejumlah ketentuan kontrak yang dianggapnya justru memberi keuntungan.

Baca juga: Najib Kritik Langkah Mahathir Batalkan Proyek Kereta Cepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com