Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penyebaran Flu Babi Afrika, Denmark Bangun Pagar di Perbatasan Jerman

Kompas.com - 29/01/2019, 11:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOPENHAGEN, KOMPAS.com - Pemerintah Denmark memutuskan untuk membangun pagar di perbatasan dengan Jerman. Namun, tugasnya bukan menangkal manusia, melainkan babi.

Dilaporkan The Guardian Senin (28/1/2019), pagar tersebut bakal menahan migrasi babi hutan, dan membentang sepanjang 70 km di perbatasan dua negara.

Pengerjaan pagar perbatasan itu sudah dimulai Senin dan berlangsung di kawasan utara, Negara Bagian Jerman Schleswig-Holstein.

Baca juga: Jual Daging Sapi Dioplos Babi, 2 Pedagang Diamankan

Para wakil rakyat dan dinas lingkungan Denmark telah menyepakati proyek itu pada musim panas 2018, dan berargumen kebijakan itu bisa mencegah flu babi Afrika (ASF).

BBC memberitakan, ASF tidak berbahaya bagi manusia. Namun mematikan bagi babi karena hingga saat ini, belum ditemukan obatnya.

Penyakit itu memang belum terdeteksi di Jerman maupun Denmark. Namun Belgia sempat menyatakan ada dua babi hutan mati karena ASF pada musim gugur 2018.

Kopenhagen sebisa mungkin berusaha mencegah penyebaran ASF karena babi merupakan salah satu komoditi ekspor utama mereka.

Setiap tahun, negara berpenduduk sekitar 6 juta jiwa itu mengekspor 28 juta ekor babi, dan menghasilkan 30 miliar kroner, atau Rp 64,7 triliun.

Menteri Lingkungan dan Makanan Jakob Ellemann-Jensen berkata jika ASF masih menjangkiti babi di Denmark, ekspor ke negara non-Uni Eropa bisa terganggu.

"Kami bertekad melakukan segala cara untuk mencegah demam babi Afrika ini sampai ke Denmark. Saat ini, kami berhasil mendirikan pagar babi hutan," tukasnya.

Jika selesai dibangun, pagar itu bakal memiliki tinggi 1,5 meter sehingga masih bisa dilewati hewan besar seperti rusa, dan bakal dialiri listrik.

Pagar itu juga mempunyai kedalaman 50 cm untuk mencegah babi hutan menggali. Terdapat gerbang di setiap km untuk memudahkan manusia melintasinya.

Kemudian, Denmark juga mempermudah aturan berburu babi hutan, dan menjatuhkan denda bagi kendaraan transportasi ternak yang tak menjalani disinfeksi dengan benar.

Kritik menyatakan bahwa pembangunan tembok itu hanya sekadar aksi politis sehingga pemerintah terkesan bekerja, daripada menelurkan ide praktis.

Selain itu, para pengkritik menyoroti adanya kawanan babi hutan dekat air yang bisa berenang sehingga dengan mudah memasuki suatu negara.

Baca juga: Kebijakan Pemusnahan Seluruh Babi Hutan di Polandia Picu Aksi Protes

Dari pihak Jerman, terdapat keraguan mengenai efektivitas pagar itu dengan penelitian menyatakan penyebaran ASF justru terjadi dari makanan sisa.

Namun Denmark nampaknya berkaca pada Lithuania ketika terjangkit ASF pada 2014, dan harus memusnahkan seluruh ternaknya untuk mengendalikan penyebaran.

Algis Baravykas dari Asosiasi Produsen Babi Lithuania berujar ketika ASF masuk, mereka harus membunuh sekitar 20.000 ekor babi.

"Kami tidak terbiasa untuk membunuh hewan yang masih sehat. Itu benar-benar momen yang menyedihkan," ucap Baravykas.

Baca juga: Dikira Babi Hutan, Petani di Sumsel Ditembak Teman Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com