Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Bos Starbucks Ingin Bersaing dalam Pemilu Presiden AS

Kompas.com - 28/01/2019, 10:37 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Bos perusahaan kedai kopi global asal Amerika Serikat, Howard Schultz, mengumumkan pensiun pada Juni 2018.

Pengunduran dirinya disambut spekulasi akan mencalonkan diri sebagai presiden AS.

Kini, Schultz mengaku serius mempertimbangkan pencalonan dirinya sebagai presiden dalam pemilu 2020.

Baca juga: Bos Starbuck Pensiun, Muncul Spekulasi Akan Ikut Bursa Capres AS

"Kita hidup di masa yang paling rapuh," katanya dalam wawancara di program CBS "60 Minutes", tayang pada Minggu (27/1/2019).

"Bukan hanya fakta bahwa presiden ini tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden, tapi fakta kedua belah pihak secara konsisten tidak melakukan apa yang diperlukan atas nama rakyat," tuturnya.

"Mereka terlibat dalam politik balas dendam setiap hari," imbuhnya.

Schultz memandang adanya keekstreman dalam tubuh Partai Republik dan Partai Demokrat.

"Saya tidak peduli jika Anda seorang Demokrat, Independen, Libertarian, atau Republik. Yang penting, bawakan kepada saya gagasan Anda," ujarnya.

Pekan lalu, dua rekan yang dekat dengan Schultz menyatakan pengusaha itu sedang menjajaki kemungkinan menjadi capres dalam pemilu 2020 melalui jalur independen.

"Dia sedang memikirkan secara mendalam tentang masa depannya dan bagaimana dia dapat melayani negara sebaik-baiknya," kata rekan tersebut kepada CNN.

Jika Schultz memasuki arena "perang" perebutan kursi nomor satu di Negeri Paman Sam pada 2020, dia akan bergabung dengan daftar kandidat yang terus bertambah.

Salah satunya mantan Menteri Perumahan dan Pengembangan Kota Julian Castro, yang juga mengkritik langkah Schultz.

Dia menilai, Trump berpotensi terpilih kembali karena kandidat dari pihak ketiga sehingga dapat mengurangi suara capres dari Partai Demokrat.

Baca juga: Kamala Harris, Senator Oposisi yang Calonkan Diri Jadi Capres AS

"Saya akan menyarankan kepada Schultz untuk berpikir sungguh tentang dampak negatif yang akan ditimbulkan," katanya.

Sebagai informasi, Schultz awalnya bergabung dengan Starbucks pada 1982 sebagai direktur operasi dan pemasaran.

Dia membantu mengubah perusahaan yang berbasis di Seattle itu menjadi raksasa global dengan lebih dari 28.000 gerai di 77 negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com