KILAS DAERAH

Kilas Daerah Jawa Tengah

Guru Madin, Ustaz TPQ dan Pengasuh Pondok Pesantren Jateng Akan Dapat Insentif

Kompas.com - 22/01/2019, 17:30 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com –  Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bakal segera merealisasikan insentif untuk guru Madrasah Diniyah (Madin), ustaz TPQ dan pengasuh pondok pesantren.

Insentif akan diberikan melalui dana hibah dengan total sekitar Rp 205 miliar. Tercatat hingga saat ini sudah ada 170.949 orang yang terdaftar akan menerima insentif tersebut.

Ganjar mengatakan, pemberian dana itu sebagai bentuk dukungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terhadap guru madrasah agar semakin bermutu dan profesional dalam mendidik generasi masa depan.

"Kami ingin generasi nantinya menjadi manusia baik, mempunyai pemahaman baik tentang kehidupan. Bantuan ini juga karena para guru yang mengajarkan keagamaan belum semua ter-cover Kementerian Agama," katanya pada dialog interaktif dengan tema "Insentif untuk Guru Madrasah Diniyah”, di Puri Gedeh Selasa (22/1/2019), Semarang seperti dalam keterangan tertulisnya.

Pola pencairannya, kata Ganjar, akan melalui Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jateng. Para penerima akan menerima dana itu melalui rekening dan alamat yang sudah didata sebelumnya.

"Ada 170.949 guru madin, TPQ dan pengasuh pondok pesantren yang terverifikasi Kemenag," ujar Ganjar.

Adapun Madin, guru TPQ dan pengasuh pondok pesantren yang menerima dana insentif akan diverifikasi lagi pada Februari-Maret baik secara kelembagaan maupun perorangan oleh Pemerintah Provinsi Jateng dan Kanwil Kemenag Jateng.

Hal ini untuk memastikan agar pemberian insentif tersalurkan pada mereka yang memang berhak.

Sementara itu, Wakil Gubernur Taj Yasin berharap, bantuan tersebut bisa meringankan beban mereka. Lebih dari itu, insentif ini juga membuat para guru madin, TPQ dan pengasuh pondok pesantren membantu penguatan paham Islam rahmatan lil 'alamin.

Apalagi, pondok pesantren dan madrasah di Jateng merupakan penyumpang pendidikan keagamaan terbesar ketiga di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan.

"Para kiai zaman dahulu berinisiatif membangun negara dengan agama. Untuk itu, para penerus dan santri pun harus dikembalikan pemahamannya," kata Taj Yasin yang akrab disapa Gus Yasin ini.

Maka dari itu, dia berharap ketika sudah berikan bantuan, kita semua bekerja sama untuk menanggulangi paham radikal.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com