Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Kebijakan Satu Anak Dihapus, Kelahiran di China pada 2018 Terendah

Kompas.com - 21/01/2019, 15:08 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNBC,AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China telah menghapus kebijakan satu anak bagi tiap keluarga. Namun, hal tersebut tak cukup untuk membendung lambatnya tingkat kelahiran.

Pada 2018, angka kelahiran di China tercatat 15,23 juta. Menurut Biro Statistik Nasional China (NBS), angka tersebut menurun dua juta dibandingkan tahun sebelum.

CNBC melaporkan, angka itu merupakan terendah sejak 1961 dan menurun 11,6 persen dibandingkan kelahiran 17,23 juta pada 2017.

Baca juga: Kepala Sekolah di China Ajak Para Murid Menari Shuffle Dance

Terus anjloknya jumlah kelahiran telah meningkatkan kekhawatiran akan populasi yang menua dan pengaruhnya terhadap perekonomian.

Laporan AFP, Senin (21/1/2019), Komisaris NBS Ning Jize mengatakan negara itu masih memiliki potensi besar.

"Tingkat partisipasi tenaga kerja China tidak dianggap rendah di seluruh dunia, lebih dari 700 juta dari 900 juta penduduk kami (usia kerja) bekerja, dan masih ada ruang (untuk pertumbuhan)," katanya.

Jumlah angkatan kerja (usia 16-59 tahun) pada 2018 tercatat sebanyak 897,3 juta, menurun 4,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Tenaga kerja diprediksi akan terus menurun hingga sebanyak 23 persen pada 2050.

Meski tingkat kelahiran terendah, namun populasi di China masih tercatat tumbuh 3,81 persen menjadi 1,39 miliar pada 2018.

"Negeri Tirai Bambu" masih mempertahan gelar sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.

Baca juga: China Blur Telinga Aktor Pria yang Pakai Anting-anting di TV

Pemerintah China memperkirakan jumlah penduduk akan memuncak pada 2029 sebanyak 1,44 miliar. Kemudian, populasi akan mulai menurun pada tahun setelah itu.

Sebagai informasi, China mulai mencabut aturan satu anak pada 2016. Kini keluarga di negara tersebut diizinkan memiliki dua anak karena populasi menua dan penurunan jumlah tenaga kerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com