Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Kim Jong Un, Pemimpin Tertinggi Ketiga Korut

Kompas.com - 10/01/2019, 23:31 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Kim Jong Un merupakan Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) yang menjabat sejak 17 Desember 2011 hingga saat ini.

Merupakan pemimpin pertama yang berkuasa sejak Korut berdiri, Kim mendapat julukan sebagai "Penerus Agung" dari stasiun televisi negara.

Majalah Forbes menobatkan Kim sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia pada 2013. Setara dengan dua tokoh Korea Selatan (Korsel), Ban Ki-moon dan Lee Kun-hee.

Baca juga: Diundang Presiden Xi, Kim Jong Un Kembali Lawatan ke China

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari pemimpin yang juga merupakan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rakyat Korea itu.

1. Masa Kecil
Tidak banyak yang diketahui oleh dunia Barat terkait masa kecil Kim. Informasi yang dikumpulkan berasal dari pembelot Korut atau saksi yang mengaku pernah melihatnya.

Dia diyakini lahir pada 8 Januari 1983 menurut penanggalan Korea, dan 1984 berdasarkan data dari Amerika Serikat (AS).

Dia merupakan putra kedua dari pemimpin kedua Korut Kim Jong Il dan Ko Yong Hee, seorang penyanyi opera, serta cucu pendiri negeri komunis itu, Kim Il Sung.

Berdasarkan pemberitaan media Jepang, dia masuk ke sekolah dekat Bern, Swiss, dengan nama Chol Pak atau Pak Chol pada 1993 hingga 1998.

Setelah itu, Kim masuk sekolah negeri Liebefeld Steinhoelzli yang terletak di Koeniz dengan nama Pak Un antara 1998 hingga 2000.

Pejabat Koeniz mengonfirmasi memang ada seorang anak yang bersekolah di sana dan dia merupakan putra dari staf Kedutaan Besar Korut di Bern.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Kim Jong Il, Pemimpin Tertinggi Kedua Korut

Selama bersekolah di Swiss, berbagai laporan menyatakan Kim merupakan siswa yang pemalu, canggung ketika bersama siswa putri.

Namun, dia merupakan anak yang cerdas dengan ambisi tinggi, dan sangat menyukai permainan basket. Mantan teman sekelasnya berkata Kim sangat menyukai legenda basket AS Michael Jordan.

Setelah itu dia kembali ke Pyongyang, dan berkuliah di Universitas Militer Kim Il Sung antara 2002 sampai 2007, dan lulus dengan dua gelar.

Sebagai pria yang mulai beranjak dewasa, Kim mulai sering menemani sang ayah Kim Jong Il ketika melaksanakan inespeksi militer.

Selain itu, dia juga mulai aktif terlibat di dua organisasi tertinggi Korut. Partai Buruh Korea (KWP), serta Biro Politik Jenderal militer Korut.

Baca juga: Trump: Saya Mendapat Surat Menakjubkan dari Kim Jong Un

2. Spekulasi sebagai Suksesor Pemimpin Tertinggi Korut
Pada 2009, berkembang sebuah spekulasi bahwa Kim dipersiapkan untuk menjadi putra mahkota menggantikan Kim Jong Il memimpin Korut.

Adalah saudara tiri Kim, Kim Jong Nam, yang difavoritkan menjadi penerus Kim Jong Il. Namun, sang ayah dikabarkan kecewa pada 2001.

Penyebabnya, Kim Jong Nam tertangkap basah berusaha menyusup ke Jepang menggunakan paspor palsu untuk pergi ke Tokyo Disneyland.

Selain itu, dilaporkan KIm Jong Il melihat putra keduanya mempunyai banyak kesamaan dengannya. Antara lain Kim tidak mau mengakui kekalahan.

15 Januari 2009, media Korsel Yonhap memberitakan Kim Jong Il telah mengangkat Kim sebagai suksesornya memimpin Korut.

Dia mendapat nama Y?ngmy?ng-han Tongji (Kamerad Cerdas). Kim Jong Il juga telah meminta seluruh staf kedutaan besar untuk setiap kepada putranya.

Persiapan baginya menjadi orang nomor satu di Korut dimulai ketika namanya menjadi kandidat anggota Dewan Rakyat Tertinggi.

Pada April 2009, dia mendapat posisi di Komisi Pertahanan Nasional (NDC) dan dua bulan kemudian dia menjadi Kepala Departemen Keamanan Negara.

Kemudian September 2010, Kim mendapat pangkat jenderal bintang empat meski dia sama sekali tak punya pengalaman di bidang militer.

Momen pelantikan itu terjadi sebelum pertemuan dewan jenderal sejak 1980, di mana saat itu Kim Il Sung mengangkat Kim Jong Il sebagai penerus.

Baca juga: Trump Menantikan Pertemuan Baru dengan Kim Jong Un

3. Menjadi Pemimpin Tertinggi Korut
Pada 17 Desember 2011 pukul 08.30 waktu setempat, Kim meninggal saat bepergian menggunakan kereta ke luar Pyongyang dengan dugaan akibat serangan jantung.

Sejumlah analis memprediksi Kim Jong Un tidak akan segera diangkat sebagai pemimpin mengingat dia masih belum mempunyai pengalaman.

Banyak yang menyakini sang paman, Jang Song Thaek, yang bakal bertindak sebagai penerus sementara hingga Kim mempunyai cukup kecakapan.

Baca juga: Dalam Pidato Tahun Barunya, Kim Jong Un Peringatkan AS

Namun, Kim langsung diangkat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut. Sebuah gelar tak resmi yang masih memberikannya kekuasaan di bidang pemerintahan dan militer.

Pada April 2012, statusnya dikukuhkan ketika dia mendapat berbagai posisi. Antara lain Sekretaris Pertama Partai Buruh.

Kemudian Chairman Komisi Militer Pusat, dan Chairman NDC yang notabene adalah otoritas birokratik tertinggi di sana.

Awal-awal rezim Kim diidentikkan sebagai konsolidasi yang kejam dan percepatan program pengembangan senjata nuklir.

Pada Desember 2013, dia mengeksekusi Jang Song Thaek dengan mengatakan dia telah "menyingkirkan sampah dari Partai Buruh".

Padahal, Jang merupakan bagian dari lingkaran dalam Kim Jong Il, dan merupakan salah satu penasihat yang dipercaya olehnya.

Eksekusi terhadap Jang sekaligus membuat hubungan Korut dengan China merenggang, karena Jang adalah sosok yang mendekatkan Pyongyang dan Beijing.

Kematian Jang diikuti oleh eksekusi terhadap anggota keluarganya lain. Mulai dari anak hingga cucunya demi menghilangkan eksistensi keluarga mereka.

O Sang Hon, Wakil Menteri Keamanan merupakan pejabat tinggi lain yang "dibersihkan" pada 2014 karena perannya sebagai pendukung Jang.

Baca juga: Kirim Surat ke Korsel, Kim Jong Un Minta Bertemu Lagi pada 2019

4. Peningkatan Senjata Nuklir
Salah satu yang menjadi ciri khas rezim Kim adalah kecepatannya dalam mengembangkan program nuklir. Tes itu pertama kali dilaksanakan pada Februari 2013.

Total sejak 2017, Korut sudah melaksanakan enam kali uji coba nuklir. Termasuk tes bom hidrogen (termonuklir) pada September 2017.

Pada Januari 2018, diperkirakan Korut memiliki 15 sampai 60 senjata nuklir, termasuk bom hidrogen, dan rudal balistik jarak jauh Hwasong-15.

Baca juga: Trump Bakal Kabulkan Permintaan Kim Jong Un setelah Denuklirisasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com