WASHINGTON, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampaknya mulai mempertimbangkan kembali rencana penarikan tentaranya dari Suriah, dengan mengatakan bahwa penarikan pasukan dari negara konflik tersebut akan dilakukan secara "bijaksana".
Pernyataan Trump pada Senin (7/1/2019) disebut disampaikan untuk mengakhiri kekhawatiran banyak pihak atas keputusan penarikan pasukan AS secara tiba-tiba dari Suriah.
"Kami akan pergi dengan langkah yang tepat dan di saat bersamaan akan terus memerangi ISIS dan melakukan hal lain yang bijaksana dan perlu!" tulis Trump pada akun Twitter-nya, Senin (7/1/2019).
The Failing New York Times has knowingly written a very inaccurate story on my intentions on Syria. No different from my original statements, we will be leaving at a proper pace while at the same time continuing to fight ISIS and doing all else that is prudent and necessary!.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 7 Januari 2019
Trump telah mendapat banyak tekanan baik dari dalam negeri maupun dari negara-negara sekutunya setelah pernyataannya yang mengatakan bahwa ISIS telah berhasil dikalahkan dii Suriah dan dia ingin menarik pasukan AS keluar dari negara konflik itu.
Baca juga: AS dan Korut Masih Negosiasi Lokasi Pertemuan Kedua Trump dengan Kim
Pernyataan Trump itu menyusul hasil pembicaraan antara Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Minggu (6/1/2019).
Dalam kunjungannya ke Israel, Bolton menyampaikan kepada Netanyahu bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah tidak akan terjadi sebelum ISIS dapat dikalahkan hingga tidak mampu bangkit kembali.
Seperti diketahui, sebelumnya pada Desember, Trump membuat pernyataan mengejutkan dengan menyebut akan menarik pasukannya sesegera mungkin dari Suriah, setelah berhasil membantu otoritas setempat dalam memerangi ISIS.
Pengumuman Trump memicu reaksi dari negara-negara sekutu AS, seperti Inggris dan Perancis, yang memperingatkan kepada Trump bahwa ISIS belum dikalahkan.
Kekhawatiran juga muncul terhadap nasib kelompok Kurdi di Suriah yang telah bersama-sama dengan AS melawan ISIS, namun kini terancam oleh serangan dari Turki.
Janji penarikan pasukan tersebut turut memicu pertentangan secara terang-terangan dari Partai Republik, hingga mendorong James Mattis untuk mengundurkan diri dari posisi sebagai menteri pertahanan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.