KOMPAS.com - Dunia politik di Tanah Air diwarnai dengan munculnya pasangan calon presiden-calon presiden "fiktif" yang dimunculkan warganet, yaitu Nurhadi-Aldo.
Munculnya pasangan Nurhadi-Aldo dapat terjadi karena respons warganet yang merasa jenuh dengan kondisi perpolitikan di Indonesia yang panas pada tahun politik ini.
Jelang Pemilihan Presiden 2019, pendukung dari dua kubu, baik itu Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto memang seperti ngotot "memasarkan" jagoannya. Warganet yang suntuk dengan keadaan ini pun seakan-akan rela menjadi "relawan" dan membuat pasangan Nurhadi-Aldo semakin viral dan terkenal.
Namun, calon presiden "fiktif" bukan hanya kondisi yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini pun pernah terjadi di Amerika Serikat, saat dua kubu bersaing dalam Pilpres AS 2016, yaitu Donald Trump dan Hillary Clinton.
Saat kubu Trump dan Clinton sedang gencar-gencarnya bersaing pada 2015, seorang siswa SMA di Iowa, Brady C Olson, mendeklarasikan diri sebagai capres ketiga AS dengan nama Deez Nuts.
Saat itu, Brady Olson masih berusia 15 tahun.
Dilansir dari Time, Deez Nuts sebelumnya muncul dan viral sebagai "pilihan alternatif" selain Trump dan Clionton. Olson mengatakan bahwa sudah bukan rahasia lagi kalau dia adalah "dalang" di balik munculnya Deez Nuts.
"Sekolah saya telah dihubungi oleh media, jadi mereka tahu. Keluarga dan teman-teman saya juga sudah mengetahui dan mereka mendukung saya sepenuhnya," ujar Olson kepada Time.
Menurut Olson, ia mengambil peran sebagai Deez Nutz karena ia merasa frustrasi dengan pemilihan yang hanya diikuti oleh dua partai saja, yakni Partai Republik dan Partai Demokrat.
Olson juga bercerita bahwa ia telah dihubungi oleh orang-orang dari 23 negara bagian untuk membantu kampanyenya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.