Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SS Leviathan, Kapal Pertama di Dunia yang Dilengkapi Fasilitas Telepon

Kompas.com - 07/01/2019, 16:27 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan teknologi komunikasi saat ini memang sangat pesat. Mungkin sulit dibayangkan seabad lalu bahwa manusia bisa berkomunikasi secara audio visual dalam perangkat mini, seperti halnya video call melalui smartphone seperti saat ini.

Teknologi komunikasi memang mulai berkembang saat manusia menemukan, radio dan telegraf. Hingga kemudian, Alexander Graham Bell melengkapinya dengan penemuan telepon pada 1876.

Berkat telepon, sistem komunikasi menjadi lebih mudah dan dua arah. Pada 7 Januari 1927 menjadi titik baliknya ketika London dan New York bisa terhubung dalam sambungan telepon pertamanya.

Teknologi ini semakin lama semakin berkembang. Bahkan, alat transportasi pun dilengkapi dengan alat komunikasi. Kapal-kapal kemudian dilengkapi dengan telepon.

Ada salah satu kapal pertama di dunia yang menawarkan jasa ini, karena memang sistem komunikasi pada masa lalu tak murah.

Kapal SS Leviathan menjadi primadona yang menghadirkan jasa komunikasi telepon pertama dunia. Pada 1929, kapal ini menambahkan sentuhan alat komunikasi teleponnya, agar penumpang maupun awaknya bisa melakukan komunikasi dengan orang lain di berbagai penjuru.

Baca juga: 6 Fakta tentang Hosho, Kapal Induk Pertama di Dunia

Veterland jadi Leviathan

Kapal ini dibangun sekitar 1911 dengan tujuan untuk menyeberangi Atlantik Utara oleh perusahaan Jerman bernama Blohm & Voss. Kapal ini didesain untuk mengangkut penumpang.

Kapal diberi nama Vaterland. Pada April 1914, kapal ini diuji coba berlayar dan mampu menghasilkan kecepatan 26,3 knot. Hal ini digadang-gadang sebagai kapal tercepat.

Vaterland mulai beroperasi, memulai pelayaran perdananya ke New York pada 14 Mei 1914. Secara total, kapal itu melakukan tiga perjalanan pulang pergi antara Eropa dan New York. Setelah menyeberang ke New York untuk keempat kali, Perang Dunia I pun dimulai.

Tiba-tiba, kapal tertangkap dan tertahan di New York sampai Amerika Serikat ikut perang, sehingga kapal itu pun dioperasikan oleh AS.

Pada 25 Juli 1917, kapal ini secara resmi digunakan oleh Angkatan Laut AS untuk menunjang militernya. Pada 6 September 1917, Veterland diubah menjadi Leviathan.

Setelah perang berakhir, kapal ini diletakkan pada Hoboken, New Jersey dan memulai untuk reparasi menyeluruh. Di bawah pengawasan arsitek angkatan laut William Francis Gibbs, SS Leviathan dikelola Amerika Serikat pada 4 Juli 1923.

SS Leviathan disebut-sebut sebagai "kapal terbesar di dunia ketika itu.

Baca juga: Storm, Kapal Induk Rusia yang Didesain Menampung hingga 100 Pesawat

Populer

Kondisi interioratlanticliners Kondisi interior
Sepanjang 1920-an, Leviathan terbukti sebagai kapal laut yang sangat populer. Pada 1927, misalnya, kapal itu mengangkut lebih banyak penumpang daripada kapal-kapal sejenis.

Teknologi yang disematkan dalam layanan kapal ini menjadi salah satu faktor utama kenapa banyak digunakan.

Selain itu juga adanya perbaikan interior dalam kapal yang dapat menarik minat penumpang. Kapal ini juga bahkan banyak diceritakan dalam buku-buku sejarah.

Eranya semakin suram memasuki masa 1935. Kapal ini banyak menghabiskan waktu di Hoboken.

Pada 1937 ia akhirnya dijual ke British Metal Industries Ltd. Pada 26 Januari 1938, SS Leviathan memulai perjalanannya yang ke-301, sekaligus yang terakhir. Kapal itu ada di bawah komando Kapten John Binks.

Kapal ini akhirnya tiba di Rosyth, Skotlandia, pada 14 Februari. Dalam 13 tahun dia melayani  AS dia mengangkut lebih dari seperempat juta penumpang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com