WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta negara lain untuk aktif mengatasi krisis keamanan di Afghanistan.
Dalam konferensi pers saat pertemuan kabinet, Trump mengeluhkan durasi keterlibatan AS di Afghanistan yang diperpanjang untuk melawan kelompok Taliban.
Dikutip Newsweek Rabu (2/1/2019), Trump menjelaskan Gedung Putih sudah berunding dengan banyak pihak, termasuk dengan Taliban untuk mendapatkan perdamaian.
Baca juga: Taliban Rayakan Rencana AS Tarik Pasukan dari Afghanistan
Di sisi lain, dia juga meminta kekuatan regional lain seperti India maupun Rusia untuk membantu seraya berkata, perang di Afghanistan turut menyebabkan kejatuhan Soviet.
"Rusia dulunya adalah Uni Soviet. Namun, mereka menjadi Rusia karena bangkrut saat berperang melawan Afghanistan," kata presiden 72 tahun itu.
Trump menjelaskan, Soviet berada di Afghanistan karena teroris bakal memasuki negara mereka. Namun perang yang sulit membuat Soviet jatuh.
Invasi Soviet ke Afghanistan terjadi setelah kudeta 1973 yang menggulingkan monarki dan menjadi dasar berdirinya Republik Afghanistan.
Pemerintahan baru itu condong kepada Soviet, namun mulai mendapat pertentangan. Revolusi Saur pada 1978 membentuk Republik Demokratik Afghanistan yang komunis.
Negara itu segera terseret ke berbagai konflik era Perang Dingin antara AS dan Soviet di mana Badan Intelijen Pusat (CIA) mulai membantu kelompok mujahidin.
Moskwa kemudian mengerahkan militer ke Afghanistan pada 1979 dan peperangan panjang itu berakhir dengan penarikan Pasukan Merah satu dekade kemudian.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.