Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump: Karena Perang dengan Afghanistan, Uni Soviet Berubah Jadi Rusia

Kompas.com - 03/01/2019, 12:58 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta negara lain untuk aktif mengatasi krisis keamanan di Afghanistan.

Dalam konferensi pers saat pertemuan kabinet, Trump mengeluhkan durasi keterlibatan AS di Afghanistan yang diperpanjang untuk melawan kelompok Taliban.

Dikutip Newsweek Rabu (2/1/2019), Trump menjelaskan Gedung Putih sudah berunding dengan banyak pihak, termasuk dengan Taliban untuk mendapatkan perdamaian.

Baca juga: Taliban Rayakan Rencana AS Tarik Pasukan dari Afghanistan

Di sisi lain, dia juga meminta kekuatan regional lain seperti India maupun Rusia untuk membantu seraya berkata, perang di Afghanistan turut menyebabkan kejatuhan Soviet.

"Rusia dulunya adalah Uni Soviet. Namun, mereka menjadi Rusia karena bangkrut saat berperang melawan Afghanistan," kata presiden 72 tahun itu.

Trump menjelaskan, Soviet berada di Afghanistan karena teroris bakal memasuki negara mereka. Namun perang yang sulit membuat Soviet jatuh.

Invasi Soviet ke Afghanistan terjadi setelah kudeta 1973 yang menggulingkan monarki dan menjadi dasar berdirinya Republik Afghanistan.

Pemerintahan baru itu condong kepada Soviet, namun mulai mendapat pertentangan. Revolusi Saur pada 1978 membentuk Republik Demokratik Afghanistan yang komunis.

Negara itu segera terseret ke berbagai konflik era Perang Dingin antara AS dan Soviet di mana Badan Intelijen Pusat (CIA) mulai membantu kelompok mujahidin.

Moskwa kemudian mengerahkan militer ke Afghanistan pada 1979 dan peperangan panjang itu berakhir dengan penarikan Pasukan Merah satu dekade kemudian.

Di saat bersamaan, Soviet mulai pecah dengan banyak wilayahnya memerdekakan diri dengan Rusia menjadi entitas negara tersendiri pada 1991.

"Soviet memulai proses penghancuran dirinya sendiri ketika menginvasi Afghanistan," ujar sejarawan Niall Ferguson melalui artikelnya di Newsweek pada 2009.

Trump mengucapkan alasan itu setelah dia dilaporkan mempertimbangkan untuk menarik setengah dari 14.000 pasukan di Afghanistan.

Kabar itu terjadi setelah di saat bersamaan Trump mengumumkan bakal memulangkan 2,000 tentara AS yang bertugas di Suriah.

Dalam pengumumannya melalui Twitter 19 Desember lalu, Trump mengklaim memperoleh kemenangan melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Baca juga: Selain Suriah, Trump Bakal Tarik Pasukan AS dari Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com