Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah, Penemuan Sedotan Modern...

Kompas.com - 03/01/2019, 11:16 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 130 tahun yang lalu, tepatnya pada 3 Januari 1888, seorang penemu Amerika Serikat bernama Marvin Stone memperkenalkan sedotan. Alat hisap yang terbuat dari kertas yang direkatkan dengan lem sehingga berbentuk silinder.

Setelah penemuan itu, Marvin Stone menyempurnakannya dengan melapisi bagian luar kertas dengan lilin, sehingga lem tak larut ke dalam minuman.

Penemuan ini berkembang menjadi sedotan modern. Marvin Stone pun mematenkan penemuannya.

Sejak 3000 SM

Dilansir dari National Geographic, konsep mengenai sedotan sudah ditemukan oleh bangsa Sumeria sekitar 3000 sebelum masehi (SM).

Bangsa Sumeria membuat sedotan berasal dari logam mulia (emas) yang berbentuk tabung tipis dan panjang.

Tujuan dari bangsa Sumeria menggunakan sedotan berharga ini adalah untuk memudahkannya saat minum. Selain Sumeria, di Argentina juga telah ditemukan sedotan dengan desain kayu yang sederhana.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Hak Paten Penemuan AC untuk Willis Carrier

Karena popularitas sedotan mulai naik bersamaan dengan revolusi industri di Eropa, orang-orang menggunakan tangkai rumput gandum yang disebut ryegrass.

Efek yang ditimbulkan adalah rasa rumput itu tercampur dalam aneka minuman. Rasa alami dari minuman juga berubah dan hal itu menjadi kendala utamanya.

Inovasi Stone

Pengalaman kerja membuat Stone berpikir cepat dengan memodifikasi dan membuat sedotan yang lebih efisien dan aman.

Dia memang punya pengalaman di bidang industri rokok. Suatu ketika, dia mengambil kertas dan menggulungnya sebesar pensil kemudian merekatkannya dengan lem.

Setelah itu, ia segera mematenkan penemuan tersebut dan menjadikannya sebagai penemu pertama sedotan modern.

Pada 1890, pabrik Stone mulai memproduksi secara massal sedotan jenis ini untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Produksi sedotan ini akhirnya mampu mendapatkan perhatian dunia hingga dikirim ke berbagai tempat.

Selain untuk memudahkan dalam minum, sedotan juga berfungsi mengurangi risiko kerusakan gigi. Sebab, banyak minuman yang memiliki sifat asam, sehingga menggunakan sedotan akan mengurangi kontak cairan dengan gigi.

Baca juga: 9 Penemuan yang Mengubah Dunia...

Mulai berubah bentuk

Ilustrasi sedotan dari bahan silikonnalinratphi Ilustrasi sedotan dari bahan silikon

Setengah abad setelah Marvin Chester Stone menemukan sedotannya, seorang laki-laki bernama Joseph B Friedman sedang duduk bersama dengan putrinya yang meminum milkshake.

Kendala muncul ketika dirinya melihat putrinya kesulitan karena sedotan kertas dirancang untuk lurus dan panjang. Akibatnya, ketika minum, putrinya harus memiringkan gelas milkshake-nya.

Hal ini menginspirasi Friedman untuk mengubah bentuk sedotan agar bisa bengkok, sehingga penggunanya lebih mudah untuk menikmati minumannya.

Friedman kemudian mencoba menekuk sedotan tersebut. Pada 1937, dia mematenkan sedotan tekuk pertama. Hingga awal 1960-an, sedotan kertas masih mendominasi pasar.

Setelah itu, sedotan plastik mulai muncul dan menawarkan pengalaman minum yang berbeda. Ditambah lagi, sedotan plastik juga lebih tahan lama dibanding yang terbuat dari kertas.

Pada pertengahan 1970-an, sedotan plastik menjadi inovasi yang terbilang fresh. Hingga saat ini, penggunaan plastik makin masif dan digunakan.

Semakin banyaknya sedotan plastik digunakan, sampah plastik pun semakin menjadi masalah bagi lingkungan.

Selain plastik, kini juga ada sedotan yang terbuat dari bambu dan juga besi untuk mengurangi penggunaan plastik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com