DHAKA, KOMPAS.com - Bagi para pendukungnya, Sheikh Hasina merupakan "ibu berperikemanusiaan" Bangladesh yang menyediakan penampungan bagi warga etnis Rohingya.
Namun bagi pembencinya, dia merupakan seorang penguasa kejam yang memenjarakan lawan dan memberangus mereka yang tak sepaham dengannya.
Kini, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina kembali mengamankan posisinya untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dalam pemilihan umum Bangladesh yang digelar pada Minggu (30/12/2018).
Pemilu tetap berlangsung meski kekerasan dan intimidasi terjadi di sejumlah wilayah hingga memakan korban jiwa.
Baca juga: Pemilu Bangladesh Diwarnai Kekerasan, 5 Orang Tewas
Melansir AFP, Hasina merupakan putri dari pendiri negara Bangladesh, Skeikh Mujibur Rahman, yang juga merupakan presiden pertama Bangladesh.
Pada Agustus 1975, dia berada di luar negeri ketika sekelompok perwira militer yang membangkang membunuh ayahnya, ibunya, dan tiga saudara laki-lakinya.
Kembali dari pengasingan pada 1981, dia memula karier politiknya sebagai pahlawan rakyat, mengambil alih kepemimpinan Partai Liga Awami dan berjuang memulihkan demokrasi di Bangladesh.
Hasina bergabung dengan Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) milik Khaleda Zia untuk membantu menggulingkan diktator militer Hussain Muhammad Ershad pada 1990.
Dia pertama kali terpiih menjadi perdana menteri pada 1996, namun masih sulit lepas dari bayang-bayang ayahnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.