Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Pidato Tahun Baru, Putin Berharap Bisa Berdialog dengan AS

Kompas.com - 31/12/2018, 09:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) merupakan faktor penting menjaga stabilitas dan perdamaian dunia.

Pernyataan itu terlontar dalam pidato Tahun Baru, seperti disampaikan Kremlin sebagaimana diwartakan AFP dan The Guardian Minggu (30/12/2018).

"Putin telah mengonfirmasi bahwa dia tetap membuka pintu dialog dengan AS dalam beberapa isu," demikian penjelasan Kremlin.

Baca juga: Putin: Keputusan Trump Tarik Pasukan AS di Suriah Sudah Tepat

Pada Desember 2017, Putin sempat mengungkapkan keinginan untuk mempunyai hubungan yang "normal" dengan Presiden Donald Trump.

Keduanya bahkan sempat bertemu di Finlandia pada 16 Juli. Namun upaya Putin terganjal tuduhan intervensi Rusia pada Pilpres AS 2016.

Pada akhir Oktober, Trump mengumumkan rencana untuk menarik AS dari perjanjian nuklir yang dibuat pada era Perang Dingin.

Putin merespon dengan mengancam bakal mengembangkan rudal baru jika Washington benar-benar keluar dari Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) itu.

Trump membatalkan pertemuan dengan Putin pada KTT G20 di Argentina November lalu setelah Rusia menembaki dan menyita tiga kapal perang Ukraina.

Selain kepada Trump, Kremlin menyatakan mantan agen dinas rahasia Uni Soviet (KGB) itu juga mengirim ucapan Tahun Baru kepada negara lain.

Dalam suratnya kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad, Putin berjanji bakal terus mendukung pemerintahannya dan memerangi terorisme.

Putin juga mengucapkan selamat Tahun Baru kepada Perdana Menteri Inggris Theresa May maupun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Baca juga: Penjualan Kalender Bergambar Vladimir Putin Laris Manis di Jepang

Dalam pesannya kepada May, presiden 66 tahun itu berharap rakyat Inggris bisa mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan pada 2019.

Relasi London dan Mokswa memburuk setelah mantan agen ganda Rusia bernama Sergey Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan tak sadar di Salisbury pada 4 Maret.

Dari tubuh keduanya, penyelidik menemukan racun saraf jenis Novichok yang dikembangkan di era Soviet, dan diklaim sebagai racun saraf paling mematikan di dunia.

Inggris yang menuduh Rusia pelakunya mengumumkan pengusiran terhadap 23 diplomat dengan menuduh mereka sebagai agen intelijen.

Rusia yang menyanggah upaya pembunuhan tersebut melakukan kebijakan balasan dengan mengusir diplomat Inggris dalam jumlah yang sama.

Pekan lalu, Kedutaan Besar Rusia di London menyatakan kedua negara sepakat untuk memulangkan sejumlah diplomat yang sempat diusir.

Baca juga: Putin Ancam Bakal Kembangkan Rudal Nuklir yang Dilarang Perjanjian INF

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com