Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amandine Mareschi dan Kehangatan Indonesia di Sudut Swiss

Kompas.com - 29/12/2018, 09:53 WIB
Ervan Hardoko

Editor

Bagi sebagian besar warga Indonesia, kota Saint Gallen di Swiss mungkin belum seternama kota Jenewa, Bern atau Lucerne.

Namun, siapa sangka di kota yang terletak di sudut timur laut negeri itu terdapat sosok yang amat mencintai Indonesia.

Dia adalah Amandine Mareschi, seorang perempuan yang sejak berusia amat belia sudah mencintai Indonesia dan budayanya.

Jurnalis yang kini bermukim di Swiss, Krisna Diantha Akassa mengajak pembaca Kompas.com berkenalan dengannya.

Baca juga: Kisah Kelam Sebuah Jembatan yang Indah di Swiss

GERIMIS jatuh perlahan di kota Saint Gallen, Swiss Timur. Suhu udara melorot hingga 6 derajat Celcius.

Langit gelap dan embusan angin dingin dari Laut Utara mulai menghampiri kota yang terkenal degan sosis sapinya itu.

Semua bergegas, menuju rumah atau tujuannya masing masing. Pada Desember, di saat petang  datang lebih cepat, banyak orang memilih menghabiskan waktu di dalam rumah ketimbang di jalanan.

Tidak terkecuali Kompas.com yang juga bergegas menuju ke sebuah jalan kecil agak temaram di antara toko-toko sepeda yang berjarak hanya 10 menit dari stasiun kereta api Saint Gallen.

Di situlah Kompas.com akan berjumpa dengan seseorang di sebuah apartemen yang pastinya amat hangat jika dibanding suasana jalanan yang temaram dan basah itu.

Dan, saat pintu apartemen di lantai empat itu dibuka, wajah jelita seorang perempuan langsung memberikan kehangatan.

Bukan hanya kehangatan ruangan apartemen tetapi kehangatan Indonesia yang nota bene berjarak 12.000-an kilometer dari tempat itu.

"Ayo, silahkan masuk. Asal tak takut dengan kucing," kata perempuan itu dengan amat ramah dalam bahasa Indonesia dengan aksen Swiss.  

Baca juga: Eva Christiane von Reumont, Perempuan Jerman Pemburu Wayang Kulit

Bau dupa semerbak di ruangan sederhana berlantai kayu itu.  Eclipse, seekor kucing berbulu abu-abu nan tebal mendekatinya.

Seekor kucing lainnya, Simba, memilih bersembunyi di balik selimut. „Dia pemalu, kalau ada tamu, biasanya sembunyi dulu," katanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com