RIYADH, KOMPAS.com - Arab Saudi telah mengumumkan reshuffle kabinet pasca-kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang mencuat pada 2 Oktober.
Sejumlah pakar Timur Tengah menyebut dekrit yang dikeluarkan Raja Salman merupakan upaya untuk memperkuat kedudukan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Ali Shihabi, pendiri lembaga think tank Arabia Foundation berkata, reshuffle itu merupakan bentuk konsolidasi kekuasaan.
Baca juga: Raja Salman Perintahkan Perombakan Kabinet Arab Saudi
"Tak hanya kabinet. Namun juga gubernur kerajaan dikenal dekat dengan putra mahkota," terang Shihabi dikutip The Independent Jumat (28/12/2018).
Salah satu indikasinya adalah masuknya Turki al-Sheikh yang merupakan salah satu penasihat kepercayaan MBS sebagai Kepala Otoritas Hiburan.
Adapun MBS bakal tetap menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Kepala Dewan Bidang Politik dan Keamanan yang membawahi sejumlah pejabat kunci.
Di bawahnya, dia mengangkat Pangeran Abdullah bin Bandar menjadi Kepala Garda Nasional Saudi dan juga pejabat "generasi ketiga" yang sevisi dengan MBS.
Kemudian mantan Menteri Keuangan Ibrahim al-Assaf bakal menempati pos Menteri Luar Negeri menggantikan Adel al-Jubeir.
Sebuah karir dramatis bagi Assaf mengingat dia pernah ditangkap pada November 2017 dan ditahan di Hotel Ritz-Carlton dengan tuduhan korupsi.
Pakar Teluk Persia yang menolak disebutkan namanya berujar dia begitu kaget ketika mendengar pria 69 tahun itu kembali ke kabinet.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.