Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah di Balik Tradisi Pohon Natal.....

Kompas.com - 25/12/2018, 14:26 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi umat Katolik dan Nasrani, Hari Natal merupakan momen yang begitu ditunggu-tunggu. Berbagai pernak-pernik dalam menyambut Natal dipersiapkan.

Salah satunya adalah dengan menghadirkan pohon Natal di rumah masing-masing.

Namun. tahukah Anda bagaimana sejarah dari tradisi pohon Natal?

Dilansir dari History.com, jauh sebelum munculnya agama Kristen, tumbuhan dan pohon yang tetap hijau sepanjang tahun. Ini menjadikan tanaman hijau memiliki arti khusus bagi orang-orang di musim dingin.

Masyarakat saat itu menghiasi rumah mereka selama musim dingin dengan pohon cemaara. Mereka juga menggantung dahan cemara pada atas pintu serta jendela rumahnya.

Hal ini dilakukan karena banyak negara yang meyakini bahwa tanaman hijau menjauhkan menjauhkan penyihir, hantu, roh jahat, dan penyakit.

Oleh karena itu, banyak orang yang menggunakan pohon tersebut pada rumah-rumah mereka sesuai dengan kepercayaan secara turun temurun.

Baca juga: Membedah Mitos Sinterklas Populer karena Coca-Cola, Ini Penjelasannya

Titik balik matahari

Pada belahan bumi bagian utara, waktu akhir tahun biasanya sebagai titik balik matahari musim dingin.

Banyak orang yang percaya bahwa matahari adalah dewa dan musim dingin itu datang setiap tahun karena dewa matahari menjadi sakit dan lemah.

Mereka kemudian merayakan "solstice" dan percaya bahwa dewa matahari akan mulai sembuh. Dahan cemara mengingatkan mereka semua tanaman hijau yang akan tumbuh lagi ketika dewa matahari kuat dan musim panas akan kembali.

Sementara itu, Orang Mesir Kuno menyembah dewa bernama Ra, yang memiliki kepala seekor elang dan mengenakan matahari sebagai piringan api di mahkotanya.

Saat solstice, ketika Ra mulai pulih dari penyakitnya, orang Mesir Kuno mengisi rumah mereka dengan daun palem hijau yang melambangkan kemenangan hidup atas kematian.

Untuk orang Romawi, awal menandai titik balik matahari dengan sebuah pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian.

Bangsa Romawi tahu bahwa titik balik matahari berarti bahwa segera pertanian dan kebun buah akan menjadi hijau dan berbuah.

Sebagai penanda, mereka mendekorasi rumah dan kuil mereka dengan dahan cemara. Di Eropa Utara, pendeta Celtics kuno juga menghiasi kuil mereka dengan dahan hijau sebagai simbol kehidupan abadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com