Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan AS Mundur karena Percakapan Telepon Trump dan Erdogan

Kompas.com - 22/12/2018, 14:58 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis dilaporkan mundur setelah percakapan telepon antara Presiden Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Dalam laporan yang dilansir The Guardian Jumat (21/12/2018), Mattis memutuskan mundur setelah Trump mengumumkan bakal menarik pasukan dari Suriah.

Keputusan itu dibuat Trump setelah dia berdiskusi dengan Erdogan dalam percakapan telepon yang dilaporkan terjadi pada 14 Desember.

Baca juga: Menhan AS Mundur saat Trump Ingin Tarik Pasukan dari Suriah

Mattis yang terkejut dengan keputusan Trump berusaha menemuinya Kamis (20/12/2018) siang waktu setempat dengan membawa surat pengunduran diri.

Kolega Mattis yang tak menolak disebutkan namanya berkata, awalnya menhan berjuluk Mad Dog itu tidak berniat untuk mengumumkan pengunduran diri.

Pensiunan Jenderal Korps Marinir itu berusaha untuk terakhir kalinya meyakinkan sang presiden supaya membatalkan keputusannya.

Dia tidak menyebut Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang selama in menjadi sekutu AS. Dia berargumen pentingnya penghormatan terhadap sekutu dalam keamanan nasional mereka.

Namun dalam pertemuan berdurasi 45 menit itu, Trump menolak penjelasan Mattis. Malah dia menunjukkan rekaman pengumumannya kepada sang menhan.

Mattis bereaksi dengan menunjukkan surat pengunduran dirinya yang membuat Trump terkejut. Dia juga memerintahkan agar suratnya disalin sebanyak 50 lembar.

Menurut laporan New York Times, Mattis memerintahkan agar salinan surat pengunduran dirinya dibagikan ke seluruh staf Pentagon setelah dia kembali.

Sebenarnya setelah Suriah, Trump juga mempertimbangkan untuk menarik lebih dari separuh pasukan AS berjumlah 14.000 orang di Afghanistan.

Namun keputusan Trump soal Suriah-lah yang membuat Mattis memantapkan diri untuk mundur. Si kolega mengatakan menhan 68 tahun itu tak berniat mundur.

Kolega itu menjelaskan Mattis masih berupaya untuk bertahan meski sering berbeda pendapat dengan Trump. "Itu dilakukannya demi melindungi militer dan konstitusi," terangnya.

Baca juga: Kurdi Suriah Bisa Berhenti Perangi ISIS jika Diserang Turki

Dalam video pendek yang diunggah ke Twitter Rabu (19/12/2018), Trump memuturkan penarikan militer AS terjadi setelah dia mengklaim Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah dikalahkan.

"Kami telah mengalahkan mereka dan kami memukul mereka dengan sangat keras. Kami merebut kembali wilayah, dan sekarang saatnya bagi pasukan kami untuk pulang," tuturnya.

Keputusan Trump itu memantik reaksi dari negara Barat bahwa ISIS masih belum kalah sepenuhnya. Selain itu mereka juga mengkhawatirkan nasib SDF.

Sebabnya Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang merupakan tulang punggung SDF memerangi ISIS berada dalam radar Erdo.

Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin menuturkan keputusan Trump sudah tepat karena sejatinya keberadaan militer AS di Suriah ilegal.

Baca juga: Erdogan Berjanji Bersihkan Suriah dari Milisi Kurdi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com