TOKYO, KOMPAS.com - Tahun depan, Kaisar Jepang Akihito memutuskan untuk mundur dari takhta. Dengan begitu, sang putra mahkota Naruhito.
Namun, upacara penobatan kaisar baru justru membuat sebagian penduduk "Negeri Matahari Terbit" itu tidak senang.
Pasalnya, sekitar 240 warga Jepang menggugat pemerintah atas rencana penggunaan uang rakyat untuk upacara tahun depan untuk menandai penobatan kaisar baru.
AFP mengabarkan, mereka semua bergabung dengan mengajukan gugatan di Pengadilan Distrik Tokyo.
Baca juga: Masako, Putri Mahkota Jepang yang Mengaku Grogi Jelang Penobatan
Menurut mereka, penyelenggaraan upacara keagamaan dengan anggaran nasional melanggar ketentuan pemisahan konstitusi antara agama dan negara.
Anggaran untuk upacara memang belum diumumkan, tapi pemerintah akan mengikuti preseden.
Salah satu penggugat, Koichi Shin, mengatakan upacara yang digelar pada 1990 usai Akihito naik takhta, biasanya sekitar 12,3 miliar yen atau setara dengan Rp 1,5 triliun dengan kurs saat ini.
Dia dan yang lainnya berupaya untuk menangguhkan pengeluaran uang negara untuk ritual termasuk Daijosai.
Sebagai informasi, kaisar baru akan menjalani ritual Daijosai, sebuah ritual pelantikan paling penting untuk panen yang melimpah dan perdamaian.
"Ini merupakan upacara keagamaan yang didasarkan pada Shintoisme kekaisaran," ucap Shin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.