Manusia menjadi satu-satunya makhluk hidup yang akan berinteraksi dengan mereka dari dekat, setiap hari. Entah itu petugas penangkaran, atau penonton di arena hiburan.
Padahal, di alamnya gajah hidup tidak bersama manusia. Mereka hidup bebas bersama binatang lain di dalam hutan. Mereka menderita karena dipisahkan dari kawanannya.
Di panggung sirkus, bisa saja gajah-gajah ini terlihat energik dan ceria. Gajah bisa tampil penuh dengan properti warna-warni yang menghiasi tubuhnya. Cantik,lucu, cerdas, mungkin itu yang ada di pikiran penonton.
Namun, hal berbeda akan dialami saat gajah itu berada di penangkaran, pelatihan, atau dalam perjalanan.
Mereka akan dimasukkan dalam kendaraan pengap dan panas untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kemudian, gajah-gajah itu akan hidup di kandang yang sempit, dan kembali dilatih untuk melakukan atraksi berikutnya.
Gajah yang berjalan perlahan, bermain ke sungai bersama anak-anaknya, atau sekadar memakan daun dari pepohonan, tidak akan ditemui di penangkaran ini. Sepanjang hidupnya, gajah akan hidup di bawah tekanan dan stres yang tiada tara.
Manusia merampas kebebasannya demi industri dan uang. Gajah diubah menjadi makhluk lain, dengan kemampuan ajaib, yang diajarkan melalui cara paksa.
Masih banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memperkenalkan anak-anak kepada gajah dan binatang liar. Misalnya, dengan berkunjung ke taman nasional. Tentu akan lebih menyenangkan melihat gajah dan binatang liar lain hidup bahagia di habitatnya, meski mereka tak melakukan atraksi apa pun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.