Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNESCO Persatukan Dua Korea lewat Warisan Budaya Gulat Tradisional

Kompas.com - 27/11/2018, 13:04 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

SEOUL, KOMPAS.com - Di perhelatan Asian Games 2018 beberapa wkatu lalu, Korea Bersatu untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil meraih medali emas.

Kini, Korea Utara dan Korea Selatan kembali "bersatu" ketika pada Senin (26/11/2018), UNESCO menerima pengajuan keduanya untuk mengakui hulat Korea sebagai salah satu warisan budaya paling berharga di dunia.

Dua Korea awalnya mengajukan aplikasi secara terpisah agar gulat tradisional dimasukkan dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda PBB.

Baca juga: Dicurigai Jadi Mata-mata Korea Utara, Pegawai Negeri Perancis Ditahan

"Fakta bahwa kedua Korea diterima bergabung dengan aplikasi masing-masing memang belum terjadi sebelumnya," kata Kepala UNESCO Audrey Azoulay, seperti dikutip dari AFP.

"Penggabungan ini menandai langkah yang sangat simbolis menuju rekonsiliasi antar-Korea," imbuhnya.

Pengakuan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO ini telah disetujui pada pertemuan di Mauritius.

Lalu, seperti apa gulat tradisional Korea? Jika di Korea Utara dikenal dengan sebutan Ssirum, dan Ssireum untuk Korea Selatan.

Gulat ini telah dipraktikan dalam festival pedesaan selama berabad-abad dan memiliki kesamaan dengan sumo di Jepang.

Tapi, gulat tradisional Korea dimulai dengan dua pegulat saling berhadapan. Kemudian mereka memegang selempang kain yang diikatkan di pinggang lawan.

Dengan memakai kekuatan dan teknik, mereka menjatuhkan lawan hingga tubunnya menyentuh tanah.

Baca juga: Kehabisan Material Baja, Korea Utara Berupaya Impor dari China

Di Korea Selatan, pegulat tidak mengenakan atasan dan hanya memakai celana pendek ketat. Sementara, pegulat di Korea Utara mengenakan jaket tanpa lengan.

Pertandingan gulat tradisional di Korea Selatan digelar pada arena berpasir, sedangkan di Korea Utara memakai matras bulat.

Pada 2003, pernah terselenggara satu kompetisi gulat antar-Korea di pulau Jeju.

Pengajuan gulat tradisional itu sudah diajukan sejak 2016 oleh Korea Selatan, dan Korea Utara menyusul setahun kemudian.

Pada pertemuan di Paris lalu dengan Presiden Moon Jae-in, Azoulay menyarankan agar permintaan tersebut digabungkan. Kedua negara sepakat untuk melakukannya.

Ternyata pengajuan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO yang dilakukan dua Korea secara terpisah pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Korea Utara: Sanksi AS Tidak Manusiawi

Korea Selatan berhasil menambahkan tradisi membuat kimchi pada 2013, menyusul kemudian Korea Utara pada 2015.

Lagu rakyat Korea berjudul "Arirang" juga telah diakui UNESCO pada 2012 untuk Korea Selatan dan dua tahun kemudian untuk Korea Utara.

Seperti diketahui, kedua negara secara teknis masih berperang usai berakhirnya konflik 1950-1953 dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com