Menurut dia, suku Sentinel membenci siapa pun yang mengenakan seragam. Jika mereka melihat seseorang memakai pakaian, mereka akan membunuhnya langsung di tempat.
"Apa yang kita tahu, mereka telah dibunuh dan dianiaya secara historis oleh Inggris dan Jepang. Mereka membenci siapa pun yang berseragam," katanya.
"Biarkan mereka seperti itu. Biarkan mereka hidup damai dalam ekosistem. Jangan ganggu mereka karena hanya akan membuat mereka makin agresif," imbuhnya.
Ahli hak kesukuan dan penulis buku tentang kepulauan Andaman dan Nicobar, Pankaj Sekhsaria, memperingatkan otoritas India untuk memperkuat pengawasan di sekitar Sentinel Utara untuk mencegah peniru Chau lainnya.
"Pemerintah India mengerti masalah yang ada, mereka sudha memikirkan perihal pengawasan," ucapnya.
Sebelum menyerang Chau dengan panah, panah pernah ditembakkan ke arah helikopter yang memerika kondisi mereka setelah peristiwa tsunami pada 2004. Dua nelayan yang pernah kesasar mendekati pulau, juga terbunuh pada 2006.
Baca juga: Polisi India Kesulitan Ambil Jenazah Pria AS yang Dipanah Suku Sentinel
Namun, Lembaga Survei Antropologi India pernah mengalami sedikit kontak dengan pulau itu.
"Ketika kami pergi ke sana, tidak ada yang terjadi. Senior kami mengunjungi pulau itu dan mereka kembali," kata kepala survei Andaman C Raghu.
Dia berpendapat, interaksi dengan suku Sentinel tidak hanya terbatas pada risiko penyakit.
"Anda juga harus memikirkan bagaimana menangani diri sendiri, apa yang harus dikatakan dan apa yang harus dibagi kepada mereka," katanya.
"Bagi mereka, siapa pun yang datang ke sana, berasal dari luar, dunia yang baru," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.