Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munawir Aziz
Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Penulis Sejumlah Buku

Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan (Kompas, 2020) dan Melawan Antisemitisme (forthcoming, 2020).

Antisemitisme di Amerika, Pelajaran untuk Indonesia

Kompas.com - 23/11/2018, 05:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NARASI kehidupan beragama di pelbagai belahan dunia sekarang ini sedang mengalami ancaman berupa serangan kebencian. Pola-pola kebencian terhadap pemeluk agama yang berbeda tidak lagi mewujud dalam perbedaan keyakinan, tetapi lebih mengerikan tampil dengan serangan pembunuhan.

Pada 28 Oktober 2018, misalnya, sebuah sinagog di Squirell Hill, Pittsburgh, Amerika Serikat, diserang dengan brutal. Tercatat 11 orang meninggal dan 6 orang lain mengalami luka-luka. Kasus penembakan di kawasan sinagog ini merupakan bagian dari narasi panjang kebencian terhadap etnis Yahudi, yang dilampiaskan dengan penyerangan yang mengakibatkan kematian.

Laporan the Anti Defamation League (ADL) menyatakan, antisemitisme tumbuh di Amerika Serikat dalam beberapa dekade terakhir. Setidaknya, 57 persen insiden antisemit terjadi di beberapa kawasan di Amerika Serikat sepanjang 2017. Serangan antisemit itu termasuk ancaman bom, vandalisme, kampanye poster, bahkan literatur yang ditemukan di perpustakaan kampus.

Adapun data Federal Bureau of Investigation (FBI) pada 2016 mengungkap, sebanyak 54,4 persen kejahatan yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun itu terkait dengan unsur kebencian terhadap etnis Yahudi. Insiden dengan nuansa antisemit dan kebencian rasial juga sering terjadi. Pada 2014, serangan terjadi di kawasan dekat Jewish Community Center di sekitaran Kansas City, menyebabkan tiga orang meninggal.

Jika mendata secara detail kasus-kasus penyerangan dengan nuansa anti-semit, tentu akan muncul ratusan bahkan ribuan kasus. Namun, yang menjadi poin penting, betapa energi kebencian yang meluap ternyata dilampiaskan secara mengerikan di negeri demokratis yang memungkinkan setiap orang memiliki keyakinan masing-masing dengan dukungan hukum bahkan konstitusi.

Baca juga: Sejarah Kelam Penembakan Massal Berlatar Anti-semit di AS Sejak 1999

Meskipun komunitas Yahudi memiliki sejarah panjang di Amerika Serikat, kebencian terhadapnya juga terus bergelombang, apalagi di tengah turbulensi politik Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Manuver-manuver politik Doland Trump selalu menarik kontestasi, baik dalam ranah regional maupun pada lanskap politik internasional.

Amy Chua mengungkapkan, betapa narasi politik Amerika Serikat sekarang ini menuju pola tribalisme. Dalam risetnya berjudul Political Tribes: Group Instinct and the Fate of Nation (2018), Chua menulis, Amerika Serikat sedang menghadapi tantangan dari elite-elite politiknya untuk tetap menjaga diri sebagai negara demokratis.

Wujud tantangan itu, tegas Chua, adalah transformasi dari negara dengan sistem demokrasi menuju negara dengan "politik tribalisme". Gejala ini lahir dengan munculnya elite-elite politik yang untuk menaikkan sentimen politik justru menyerang kelompok minoritas.

Pada konteks inilah, penyerangan dengan nuansa antisemit merupakan wajah dari politik tribal, yang saat ini menggejala di Amerika Serikat.

Pelajaran bagi Indonesia

Penyerangan secara brutal terhadap sinagog di Pittsburgh, Amerika Serikat, menjadi alarm bagi kita semua. Kasus ini menjadi pelajaran penting, betapa kebencian bisa bergeser menjadi pembunuhan.

Kasus-kasus serupa dengan pola yang berbeda telah terjadi pula di Indonesia. Perusakan rumah ibadah, penyerangan komunitas agama, bahkan teror terhadap kelompok minoritas merupakan wajah gelap dari interaksi antaragama sekaligus kepada internal agama.

Kasus penyerangan terhadap rumah ibadah komunitas Yahudi juga pernah terjadi di Indonesia. Sinagog Beth Hashem menjadi saksi sejarah eksistensi komunitas Yahudi di Indonesia yang terhapus oleh energi kebencian dari pemeluk agama lain.

Catatan Wahid Institute menyebutkan, betapa Sinagog Beth Hashem di Surabaya menjadi sasaran kebencian dari kelompok Islam garis keras, yang melampiaskan kritik atas konflik Israel-Palestina. Kelompok massa ini merusak dan menyegel Sinagog Beth Hasem di Jalan Kayoon 04 Surabaya, pada 7 Januari 2009.

Pada saat yang sama, penyerangan antarormas dan kebencian antaragama juga semakin meluap, dengan tingginya kasus intoleransi. Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Kehidupan Keagamaan di Indonesia (2009) dari Wahid Institute menyebut ada 93 kasus intoleransi, yang korbannya sebagian besar merupakan kelompok minoritas.

Baca juga: Provokasi Elite Politik Dinilai jadi Penyebab Intoleransi di Level Warga

Selain itu, kasus penyerangan terhadap rumah ibadah juga terjadi, yakni pembakaran gereja Katolik St Albertus di Jalan Boulevard Bekasi, pada 17 Desember 2009. Pada satu dekade terakhir, kebencian dalam ranah agama, yang mewujud berupa penghakiman atas kelompok minoritas serta perusakan rumah ibadah tidak pernah surut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com