KOMPAS.com - Franco, atau yang bernama lengkap Francisco Paulino Hermenegildo Teodulo Franco Bahamonde, lahir pada 4 Desember 1892 di sebuah kota pesisir, dekat dengan markas angkatan laut El Ferrol di Galicia.
Franco lahir di tengah keluarga marinir. Selama enam generasi, para leluhur Franco, terutama dari keluarga sang ayah, telah mengabdi kepada angkatan laut Spanyol, termasuk sang ayah, Nicolas Franco Salgado.
Sedangkan ibunya, Maria del Pilar Bahamonde adalah keturunan keluarga kelas menengah atas Katholik Roma.
Franco memiliki dua saudara laki-laki, Nicolas dan Ramon, serta dua saudara perempuan, Maria del Pilar dan Maria de la Paz. Namun saudara perempuan keduanya meninggal sejak masih kanak-kanak.
Seperti sang ayah, Franco bercita-cita untuk menjadi seorang marinir. Namun karena masalah di pemerintah yang mengurangi anggaran untuk Angkatan Laut, jumlah perekrutan baru dibatasi dan Franco terpaksa bergabung dengan Angkatan Darat.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Pocahontas, Pendamai Suku Indian dengan Inggris
Karier Militer
Pada 1907, saat masih berusia 14 tahun, Franco mendaftar ke Akademi Infanteri di Toledo dan lulus tiga tahun kemudian dengan pangkat Letnan Dua.
Saat berusia 19 tahun, Franco dipromosikan menjadi Letnan Pertama pada Juni 1912.
Dua tahun berselang, dia ditugaskan untuk ke Maroko dan bergabung dalam misi pendudukan protektorat baru Spanyol di Afrika, yang kemudian berkembang menjadi Perang Rif (1909-1927), melawan penduduk asli Maroko.
Perang itu membawa kerugian besar bagi militer Spanyol, namun sekaligus kesempatan baru para tentara untuk mendapat promosi melalui peran pentingnya dalam peperangan.
Hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Franco untuk naik pangkat dengan cepat.
Pada 1913, Franco dipindahkan untuk bergabung dengan pasukan kolonial Maroko dengan perwira Spanyol yang bertugas sebagai pasukan kejut. Diduga Franco bergabung ke misi berbahaya itu secara sukarela.
Berkat peranannya dalam peperangan, pada 1916, saat masih berusia 23 tahun, Franco telah menjadi kapten.
Namun kemudian dia mengalami luka parah akibat terkena tembakan senapan mesin dari pasukan musuh. Meski cedera parah, nyawanya terselamatkan.
Sebaliknya, dia justru memperoleh penghargaan yang membawanya mendapat promosi menjadi seorang mayor pada akhir Februari 1917, saat Franco masih berusia 24 tahun.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mustafa Kemal Ataturk, Presiden Pertama Turki
Tahun 1920, Franco mendapat tugas untuk menjadi orang kedua yang memimpin legiun asing Spanyol yang baru dibentuk.
Dia menjalankan tugasnya dengan baik hingga dipromosikan sebagai komandan penuh pada 1923.
Di tahun yang sama, Franco menikahi kekasihnya, Carmen Polo, dan dari pernikahan mereka lahir seorang anak perempuan.
Selama kampanye militer yang penting melawan pemberontak Maroko, legiun asing Spanyol memegang peranan penting dalam mengakhiri pemberontakan.
Pada akhirnya, Franco disebut sebagai pahlawan nasional dan pada 1926, saat masih berusia 33 tahun, dia telah dipromosikan menjadi brigadir jenderal.
Dan pada 1928, dia diangkat menjadi direktur Akademi Militer Umum yang baru didirikan di Saragossa.
Pada 1931, pemerintahan monarki Spanyol runtuh dan kepemimpinan diambil alih Republik, yang sekaligus melakukan reformasi besar-besaran di militer.
Hal tersebut membuat karier militer Franco terhenti sementara. Akademi militer yang dipimpinnya dibubarkan dan Franco ditempatkan dalam daftar tentara tak aktif.
Namun berkat keinginannya untuk mengabdi kepada negara yang cukup besar, Franco menerima rezim pemerintahan yang baru dan bersedia diturunkan pangkatnya.
Dan saat pasukan konservatif kembali menguasai republik pada 1933, Franco dipulihkan ke komando aktif dan setahun berselang dia dipromosikan menjadi mayor jenderal.
Franco terus dapat menjalankan misinya dengan baik, termasuk saat mengatasi pemberontakan berdarah oleh para penambang Asturian pada Oktober 1934.
Mei 1935, Franco diangkat menjadi kepala staf jenderal di tentara Spanyol dan mulai memperketat disiplin serta menguatkan institusi militer.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Martin Luther, Tokoh Reformasi Protestan
Perang Sipil Spanyol
Pada 1936, pemerintahan Spanyol kembali bergejolak. Kali ini perpecahan di tubuh pemerintah membawa pada dibubarkannya parlemen.
Partai politik terpecah menjadi dua blok, nasionalis kanan dan front populer kiri.
Pihak kiri berhasil memenangkan pemilihan namun pemerintahan baru tidak mampu menghambat terbelahnya struktur sosial ekonomi Spanyol.
Franco yang melihat situasi kekerasan semakin parah memaksa pemerintah menyatakan keadaan darurat. Namun permohonannya ditolak dan dia dikucilkan ke kepulauan Canary.
Franco yang awalnya menolak melakukan konspirasi militer terhadap pemerintah akhirnya memutuskan bergabung dengan para pemberontak.
Pada 18 Juli 1936, Franco mengumumkan pemberontakan militer dari kepulauan Canary dan terjadilah Perang Sipil Spanyol.
Di hari yang sama dia terbang ke Maroko untuk menguasai protektorat, yang dilanjutkan dengan menuju Madrid yang dikuasai pemerintah.
Setelah berhasil menguasai ibu kota pemerintahan, pada 1 Oktober 1936, pasukan pemberontak menunjuk Franco menjadi kepala negara dari rezim nasionalis yang baru.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran yang Sederhana
Perang sipil masih berlanjut hingga tiga tahun kemudian dan pemberontak sepenuhnya menguasai pemerintah.
Franco memimpin sebuah pemerintahan yang didasarkan pada kediktatoran militer.
Dia pun memiliki visi untuk mengembalikan kejayaan Spanyol usai berakhirnya Perang Sipil. Namun perang membuat negaranya kelelahan, termasuk masalah kemiskinan yang diakibatkan pertempuran yang panjang dan mahal.
Belum juga mampu menstabilkan pemerintahannya, Spanyol sudah harus berhadapan dengan perang besar lainnya, yakni Perang Dunia II yang pecah pada September 1939.
Spanyol pada dasarnya netral dalam PD II, namun setelah sempat mendapatkan bantuan dari Adolf Hitler di Jerman dan Benito Mussolini dari Italia saat perang sipil, Franco akhirnya turut mengirim pasukan relawan untuk bergabung dengan Jerman.
Setelah PD II berakhir, rezim pemerintahan Franco sempat dikucilkan oleh komunitas internasional dan PBB yang baru dibentuk.
Dia dianggap sebagai diktator fasis terakhir yang masih hidup dan untuk sesaat menjadi pemimpin paling dibenci negara Barat.
Namun berkat langkah Franco yang sempat kembali memilih bersikap netral pada 1943, Spanyol setidaknya dapat bertahan dari kehancuran bersama dengan kekuatan Jerman dan negara poros lainnya.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: James Cook, Pelaut Inggris yang Petakan Samudera Pasifik
Pengasingan Franco oleh masyarakat internasional berakhir setelah hubungan antara Soviet dengan negara Barat memburuk pada puncak Perang Dingin.
Pada masa itu, Franco beralih dipandang sebagai negarawan antikomunis terkemuka di dunia dan hubungan Spanyol dengan negara lain mulai terbangun pada 1948.
Walau dikenal sebagai pemimpin yang otoriter, tidak seperti diktator kebanyakan, Franco mempersiapkan kelangsungan pemerintahan setelah sepeninggalannya.
Pada 1947, Spanyol menggelar referendum yang mengubah pemerintahan kembali menjadi monarki dan mengesahkan kekuasaan Franco sebagai perdana menteri dan pelaksana pemerintahan seumur hidup.
Pada 1967, Franco menggelar pemilihan langsung untuk parlemen yang kemudian pada 1969 secara resmi menetapkan Juan Carlos, pangeran berusia 32 tahun, sebagai putra mahkota Spanyol yang disiapkan untuk menggantikan Franco.
Tahun 1973, Franco mundur diri dari posisinya sebagai perdana menteri, namun tetap mempertahankan perannya sebagai kepala negara dan panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Marie Antoinette, Ratu di Masa Revolusi Perancis
Kondisi Kesehatan dan Kematian
Seiring dengan bertambahnya usia, kesehatan Franco terus memburuk hingga akhirnya Franco jatuh sakit pada Juli 1974.
Franco sempat kembali pulih dan melanjutkan tugasnya sebagai kepala negara, namun tak lama dia kembali jatuh sakit dan kondisinya semakin memburuk.
Dia juga diketahui berjuang melawan penyakit Parkinson yang telah dideritanya sejak lama.
Franco terakhir kali muncul di hadapan publik pada 1 Oktober 1975. Saat itu keadaannya sangat kurus dan lemah. Dia menyampaikan pidato dari balkon di Istana Kerajaan El Pardo di Madrid.
Pada 30 Oktober 1975, Franco dikabarkan kembali sakit hingga koma dan hanya bertahan dari peralatan medis yang dipasang di tubuhnya.
Setelah hampir sebulan kondisi kesehatannya tidak membaik, atas permintaan pihak keluarga, alat penunjang kehidupan di tubuh Franco dilepas dan sang diktator dinyatakan meninggal pada 20 November 1975, beberapa menit setelah tengah malam.
Jenazah Franco dikebumikan di Valle de los Caidos, sebuah monumen pemakaman tempat para korban Perang Sipil Spanyol disemayamkan.
Namun pada 13 September 2018, oleh pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez dan disetujui kongres, makam Franco dipindah dari monumen Valle de los Caidos.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Bhumibol Adulyadej, Raja Paling Lama Berkuasa di Thailand
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.