Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Bikin 85.000 Anak di Yaman Tewas karena Kelaparan dan Penyakit

Kompas.com - 21/11/2018, 17:19 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

SANA'A, KOMPAS.com - Sebanyak 85.000 balita di Yaman meninggal dunia akibat kelaparan dan penyakit, sejak perang mulai pecah di negara tersebut pada 2015.

Demikian laporan dari organisasi kemanusiaan Save the Children pada Rabu (21/11/2018), seperti diwartakan AFP.

Perkiraan tersebut berdasarkan data yang dikompilasi dari PBB, yang sebelumnya pernah memperingatkan bahwa lebih dari 14 juta orang di Yaman berisiko kelaparan.

"Untuk setiap anak terbunuh oleh bom dan peluru, ada belasan lainnya yang kelaparan sampai meninggal dan itu sebenarnya bisa dicegah," ucap Tamer Kirolos, direktur Save the Children di Yaman.

Baca juga: AS Inginkan Terjadi Gencatan Senjata di Yaman

"Anak-anak yang meninggal karena fungsi organ vital mereka menurun dan berhenti," tuturnya.

"Sistem kekebalan mereka sangat lemah, mereka mudah mendapat infeksi dengan beberapa yang lemah bahkan untuk menangis," imbuhnya.

Dia mengatakan, para orangtua harus menyaksikan anak-anak mereka kesakitan, tanpa bisa melakukan apa pun.

Pelabuhan Hodeida, yang merupakan pintu masuk dari 80 persen makanan impor dan bantuan ke Yaman, telah diblokade oleh koalisi pimpinan Arab Saudi.

Save the Children terpaksa membawa pasokan untuk bagian utara negara itu melalui pelabuhan selatan Aden, secara signifikan memperlambat pengiriman bantuan.

Lembaga tersebut juga melaporkan peningkatan dramatis serangan udara di kota medan perang Hodeida.

"Dalam beberapa pekan terakhir, ada ratusan serangan udara dan sekitar Hodeida sehingga membahayakan kehidupan sekitar 150.000 anak yang masih terjebak," ucap Kirolos.

Save the Children menyerukan agar ada tindakan untuk mengakhiri pertempuran agar tidak ada lagi nyawa yang melayang.

Baca juga: Serangan Udara Koalisi Saudi di Yaman Tewaskan 19 Warga Sipil

Seruan tersebut datang ketika utusan PBB Martin Griffiths bersiap untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemberontak di Sana'a selama kunjungan untuk perundingan perdamaian di Swedia.

Seperti diketahui, kelompok Houthi menguasai Sana'a pada akhir 2014, ketika mereka juga menguasai Hodeida dan pelabuhannya.

Setahun kemudian, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya ikut campur dalam perang untuk mendukung Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com