Skandal itu menyembul setelah kelompok American Oversight mengajukan permintaan kepada Kongres melalui Peraturan Kebebasan Informasi.
Kuasa hukum Ivanka kemudian mengonfirmasi bahwa perempuan 37 tahun itu memang menggunakan email pribadi untuk mengirim surel pemerintah.
Ivanka mengaku dia tidak memahami jika ada aturan yang mengharuskan pejabat negara menggunakan email yang dikelola negara.
Temuan itu mengingatkan pada momen pemilihan presiden 2016. Saat itu Trump menuduh pesaingnya, Hillary Clinton, menggunakan server pribadi untuk mengirim surel.
Clinton menggunakannya ketika masih menjabat sebagai menteri luar negeri di era Presiden Barack Obama pada 2009 hingga 2013 silam.
Baca juga: Baca Email Suami Tanpa Izin, Perempuan di Swiss Didenda Rp 21 Juta
Trump berulang kali mengatakan skandal itu lebih besar dari Watergate karena ilegal dan berpotensi mengancam keamanan AS.
Clinton mengakui memasang server itu di rumahnya di Chappaqua, New York, jauh sebelum dia menjabat sebagai Menlu AS.
Dia tidak mengaktifkan surel pemerintah AS dengan alasan kenyamanan. Namun setiap mengirim surel, dia mengirim tembusan ke staf yang memakai email pemerintah.
Investigasi dari Biro Penyelidik Federal (FBI) menyimpulkan Clinton dan stafnya ceroboh dalam menangani informasi, namun tak menjeratnya dengan dakwaan apapun.
Baca juga: Donald Trump Serang Jaksa Agung AS soal Kasus Email Hillary
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.