Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Pembunuhan Khashoggi, Posisi MBS sebagai Putra Mahkota Terancam

Kompas.com - 20/11/2018, 13:59 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

RIYADH, KOMPAS.com - Status Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dilaporkan mendapat ancaman dari sesama anggota kerajaan.

Penyebabnya adalah kabar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, yang mengemuka satu bulan terakhir.

Baca juga: CIA: MBS Perintahkan untuk Bunuh Jamal Khashoggi

Sumber internal kepada Reuters via Al Jazeera Selasa (20/11/2018) berkata, mereka bakal mencegah MBS untuk naik takhta.

Si sumber menjelaskan, puluhan pangeran maupun sepupu dari Dinasti Al Saud ingin adanya perubahan dalam suksesi kekuasaan.

Namun, mereka tak akan melakukannya sepanjang sang ayah, Raja Salman, yang bertakhta sejak 23 Januari 2015 masih hidup.

Mereka berdiskusi setelah Raja Salman wafat, mereka bakal mengajukan adiknya, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, menjadi putra mahkota.

Pengajuan Wakil Menteri Dalam Negeri Saudi selama 40 tahun terakhir itu tidak saja mendapat dukungan dari internal kerajaan maupun pejabat negera.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) anonim menuturkan, negaranya dan beberapa kekuatan dunia Barat lainnya bakal menjagokan pangeran berusia 76 tahun tersebut.

Pangeran Ahmed yang terhitung merupakan paman MBS dilaporkan telah kembali ke Riyadh pada Oktober setelah dua bulan sebelumnya menetap di luar negeri.

Selama di luar negeri, Pangeran Ahmed kerap mengkritik kepemimpinan Saudi, dan menemui pengunjuk rasa di London yang menuntut Dinasti Saudi runtuh.

Sumber Saudi berujar, Ahmed merupakan satu-satunya anggota Dewan Kesetiaan yang menentang penunjukan MBS sebagai putra mahkota pada 2017.

Baik Pangeran Ahmed maupun perwakilannya tidak memberikan komentar. Begitu juga ketika Reuters mencoba mengonfirmasi ke Riyadh.

Baca juga: Kasus Jamal Khashoggi, MBS Diminta untuk Netralkan Turki

Dalam foto yang dirilis pada Selasa (23/10/2018), putra mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman melakukan selfie dengan seorang pria di konferensi Inisiatif Investasi Masa Depan (FII) di Riyadh. Di sebelah MBS nampak miliarder Pangeran Al-Walid bin Talal, yang pernah ditangkap dalam operasi pemberantasan korupsi tahun lalu. AFP/BANDAR AL-JALOUD Dalam foto yang dirilis pada Selasa (23/10/2018), putra mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman melakukan selfie dengan seorang pria di konferensi Inisiatif Investasi Masa Depan (FII) di Riyadh. Di sebelah MBS nampak miliarder Pangeran Al-Walid bin Talal, yang pernah ditangkap dalam operasi pemberantasan korupsi tahun lalu.
Tradisi Kesukuan

Dinasti Saud terdiri dari ratusan pangeran dan menganut sistem suksesi takhta yang berbeda jika dibandingkan monarki dunia lainnya.

Di belahan Bumi lain, seperti Eropa, pergantian kekuasaan bakal langsung terjadi dari seorang raja kepada putra sulungnya.

Namun di Saudi yang menerapkan tradisi kesukuan, raja maupun para pangeran dari keluarga cabang bisa mengajukan kandidat yang mereka anggap pantas.

Baca juga: Ada MBS dalam Rekaman Pembunuhan Jamal Khashoggi

Sumber Saudi itu meyakini jika naik takhta, Pangeran Ahmed tidak akan mengubah reformasi yang sudah dilakukan oleh MBS.

"Pangeran Ahmed bakal menghormati kontrak jual beli senjata, dan memulihkan persatuan dinasti," kata sumber tersebut.

Adapun pejabat anonim AS menyatakan Washington tidak terburu-buru untuk memutuskan mereka harus menjauh dari putra mahkota berusia 33 tahun itu.

"Namun, semua bisa berubah jika Presiden Donald Trump mendapat laporan menyeluruh terkait pembunuhan Khashoggi," beber pejabat itu.

AS, kata pejabat itu, tersinggung setelah MBS dilaporkan meminta kementerian pertahanan mulai menjajaki peluang membeli senjata dari Rusia.

Dalam surat bertanggal 15 Mei, kemenhan diminta fokus untuk membeli sistem persenjataan dan peralatan, serta pelatihan dari Rusia. Khususnya sistem rudal S-400.

Baik Kementerian Pertahanan Rusia maupun Saudi tidak menjawab permintaan konfirmasi yang dilayangkan oleh Reuters.

MBS menjadi sorotan setelah muncul laporan dia diduga memberikan perintah untuk membunuh jurnalis berusia 59 tahun tersebut.

Sorotan itu makin kencang setelah The Washington Post memberitakan Badan Intelijen Pusat AS (CIA) meyakini perintah pembunuhan datang dari MBS.

Laporan itu membuat Riyadh melalui kantor jaksa penuntutnya angkat bicara dengan menyatakan MBS tak ada kaitannya dengan pembunuhan Khashoggi.

Wakil Jaksa Penuntut Shaalan a;-Shaalan berujar, perintah datang dari Wakil Kepala Intelijen Jenderal Ahmed al-Assiri.

Assiri membentuk tim beranggotakan 15 orang yang dibagi ke dalam tiga kelompok kecil, yakni tim negosiasi, tim logistik, dan tim intelijen.

Mereka terbang ke Istanbul, Turki, untuk membujuk jurnalis berusia 59 tahun tersebut agar bersedia kembali ke Riyadh.

"Namun, karena negosiasi gagal, kepala tim negosiator memerintahkan untuk membunuh Khashoggi," demikian pernyataan Shaalan.

Baca juga: Dibayangi Skandal Khashoggi, MBS Selfie di Konferensi Investasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com