Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi Bikin Posisi Trump Dilematis

Kompas.com - 20/11/2018, 12:49 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi membuat posisi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilematis.

Sebab sejumlah pakar menuturkan Trump berada dalam dua pilihan sulit: mengecam Saudi atau mempertahankan hubungan bilateral.

"Hanya itu pilihan yang ada," kata Michele Dunne, pakar Timur Tengah dari Carnegie Endowment for International Peace dikutip AFP Selasa (20/11/2018).

Baca juga: CIA: MBS Perintahkan untuk Bunuh Jamal Khashoggi

Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, ketika mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Awalnya Riyadh bersikukuh jurnalis berusia 59 tahun itu telah meninggalkan gedung, sebelum mengakui dia dibunuh di dalam konsulat.

Harian New York Times dan The Washington Post melaporkan Badan Intelijen Pusat (CIA) yakin perintah membunuh Khashoggi datang dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Namun Trump sempat menyatakan bahwa laporan itu masih terlalu prematur, dan MBS berulang kali berkata dia tak terlibat.

Dunne berkata, Trump bisa memilih meyakini data intelijennya dan menuruti keinginan Kongres AS, baik langsung atau tak langsung, bahwa AS tak bakal bekerja sama dengan MBS.

Pilihan ini bukannya tak berisiko mengingat menantu Trump, Jared Kushner, dilaporkan mempunyai hubungan yang dekat dengan MBS.

Namun, Dunne menjelaskan mengakhiri relasi dengan putra Raja Salman tersebut tak serta merta bakal merusak relasi dua negara.

Sebab, dalam pandangan Dunne, MBS bukanlah Arab Saudi. "Begitu pula dengan fakta bahwa Saudi bukanlah MBS," tuturnya.

"Atau, dia bakal mengacuhkan semua data itu mencoba melindungi relasi antara Gedung Putih dengan sang putra mahkota," kata Dunne.

Jika langkah kedua yang diambil, Dunne berujar ada kemungkinan Kongres bakal mengambil sikap seperti menghentikan penjualan senjata ke Riyadh.

Tindakan itu bisa mencederai hubungan dua negara yang mempunyai kesamaan terkait isu Iran. Selain itu, AS juga berusaha menstabilkan harga minyak dunia.

Baca juga: Ada MBS dalam Rekaman Pembunuhan Jamal Khashoggi

Namun, Senator Lindsey Graham dari Partai Republik tidak melontarkan kritikan kepada putra mahkota berusia 33 tahun itu.

"Sejak hari pertama, saya yakin 15, 18, atau berapapun jumlahnya, pergi ke Istanbul tanpa diketahui pangeran," kata Graham.

Sikap Trump yang kerap berubah terkait MBS mendapat sorotan Suzanne Maloney dari lembaga think-tank Brookings Institution.

Dia menjelaskan, mengarahkan telunjuk kepada MBS tidak akan memberi dampak. Jadi, dia mengusulkan AS mengatakan terus terang lewat balik layar.

Washington harus memastikan Saudi mendapat pesan bahwa tindakan mereka sudah terlalu jauh. "Pemerintahan yang kompeten pasti bakal melakukannya," terang Maloney.

Baca juga: Jamal Khashoggi Ditelepon Putra Mahkota Saudi Sebelum Dibunuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com