Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Mugabe Lengser, Benarkah Kehidupan Rakyat Zimbabwe Membaik?

Kompas.com - 18/11/2018, 13:49 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

HARARE, KOMPAS.com - Sebagian warga Zimbabwe berharap lengsernya pemimpin otoriter Robert Mugabe setahun lalu akan membawa perubahan terhadap ekonomi, dan berakhirnya korupsi serta penindasan.

Namun, selama 12 bulan terakhir, penduduk Zimbabwe masih saja mengalami kesulitan hidup.

Berikut sejumlah fakta tentang kondisi sehari-hari yang dihadapi rakyat dan negara Zimbabwe, seperti dilansir dari AFP, Minggu (18/11/2018):

Hiperinflasi

Harga konsumen pada bulan lalu meroket dengan laju tercepat sejak hiperinflasi satu dekade lalu, dengan inflasi tahunan mencapai 10,9 persen.

Banyak warga Zimbabwe mengatakan, harga-harga jauh lebih tinggi di tingkat riil.

Baca juga: Agen Travel Salah Belikan Tiket, Pasangan Ini Terdampar di Zimbabwe

Sementara itu, uang masih langka. Nasabah terpaksa mengantre hingga di luar bank untuk mendapatkan penarikan terbatas "surat obligasi", yang konon sama dengan dollar AS. Tapi, kenyataannya, nilainya justru lebih sedikit.

Perjuangan hidup harian

Kekurangan kebutuhan sehari-hari seperti roti, daging ayam, minyak goreng, dan bensin lebih memburuk sejak lengsernya Mugabe.

Hal tersebut akibat negara kehabisan mata uang asing untuk membeli barang impor.

Antrean panjang mengular hingga di luar pom bensin dan toko-toko kosong telah menjadi pemandangan biasa. Sementara, persediaan obat juga menjadi langka dan jauh lebih mahal.

Emmerson Mnangagwa (kiri) saat diambil sumpah sebagai Presiden Zimbabwe di stadion di Harare pada Minggu (26/8/2018).AFP / JEKESAI NJIKIZANA Emmerson Mnangagwa (kiri) saat diambil sumpah sebagai Presiden Zimbabwe di stadion di Harare pada Minggu (26/8/2018).
Politik lama berkuasa?

Partai ZANU-PF milik Mugabe dengan mudah memenangkan pemilihan umum pada Juli lalu sehingga memegang kendali kuat parlemen.

Pemimpin partai tersebut, Emmerson Mnangagwa, yang didaulat menggantikan Mugabe, memenangkan pemilu presiden dengan lebih dari 50 persen pemilih.

Baca juga: Tidak Ada Algojo, 81 Terpidana Mati di Zimbabwe Belum Dieksekusi

Dia nyaris saja menghadapi pemilu putaran kedua melawan Nelson Chamisa dari oposisi utama partai MDC.

Represi

Mnangagwa menjanjikan Zimbabwe yang bebas dan terbuka usai Mugabe lengser. Namun, lawan politik, demonstran, dann aktivis masih menghadapi rezim yang represif.

Pada 1 Agustus lalu, pasukan keamanan melepaskan tembakan dan enam orang tewas di Harare dalam aksi unjuk rasa menenang hasil pemilu.

Anggora partai MDC mendapat perlakuan tak menyenangkan dan para pengkritik menjadi target sasaran pemerintah. Meski demikian, otoritas Zimbabwe menyangkalnya.

Dana internasional diblokir

Zimbabwe harus menghapus tunggakannya sebelum dapat menaikkan lagi utang yang diperlukan untuk membangun kembali negara.

Baca juga: Turis Jerman Tewas Diinjak Gajah di Zimbabwe

Dengan total utang 16,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 246,9 triliun, Zimbabwe harus membayar 2 miliar dollar AS atau Rp 29,2 miliar tunggakan dengan Bank Pembangunan Afrika dan Bank Dunia pada Oktober 2019.

Berlanjutnya sanksi AS karena kurangnya reformasi kebijakan di Zimbabwe membuat pinjaman baru tidak mungkin dikucurkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com