KOMPAS.com - Manusia dan hewan dari dulu hidup berdampingan. Keberadaan hewan juga sering dimanfaatkan manusia untuk membantu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membantu pekerjaan dan meringankan beban manusia.
Namun, terdapat beberapa binatang yang digunakan manusia untuk alat perang. Binatang ini mendapatkan pelatihan agar bisa bertindak sesuai dengan intruksi yang diberikan.
Dilansir dari Britannica.com, terdapat enam binatang yang digunakan manusia untuk berperang. Berikut daftarnya:
Pada masa peperangan, gajah juga banyak digunakan sebagai kekuatan penggempur musuh. Ketika itu Jenderal Besar Kartago, Hannibal, terkenal menggunakan kavaleri gajah selama invasi ke Italia selama Perang Punisia Kedua.
Mereka mewakili kerajaan Kartago untuk menginvasi wilayah kekuasaan Romawi
Pada peperangan ini 12.000 kavaleri yang terdiri dari pasukan dengan dukungan gajah digunanakan dalam peperangan. Mereka bersiap untuk melintasi pegunungan Alpen.
Pada awalnya, pasukan kavaleri gajah bisa mengepung pusat pemerintahan romawi. Namun, pasukan Romawi bisa mengendalikan keadaan yang menyebabkan pasukan gajah Hannibal kelabakan.
Mereka dilatih dari masing-masing angkatan laut kedua negara untuk bisa mendeteksi ranjau beserta penyelam musuh.
Hingga saat ini, lumba-lumba dengan kecerdasannya masih digunakan untuk mendeteksi invasi musuh. Bahkan, Rusia dan Ukraina juga menggunakan jasa dari binatang ini.
Dalam pelatihannya, hewan-hewan itu diberikan pemahaman agar tak melakukan misi kejahatan, baik itu melukai ataupun memberikan serangan kepada seseorang. Tugasnya hanyalah memberikan bantuan kepada militer.
Sejarah membuktikan bahwa tikus memang tak disukai banyak orang. Tikus kerap dianggap penyebab wabah penyakit yang menyebabkan Black Death di Eropa di Abad Pertengahan.
Namun, bagi kalangan militer tikus dapat dimanfaatkan dalam membantu peperangan. Mereka menghancurkan barang-barang yang berada di atas kapal angkatan laut musuh, menyebarkan penyakit di antara kamp-kamp konsentrasi, dan juga bisa menjadi detektor ranjau darat.
Selama Perang Dunia I, tikus-tikus parit merupakan gangguan yang sangat besar sehingga para komandan mengharuskan anak buahnya menembak makhluk-makhluk tersebut.
Pada abad ke-21, tikus telah dilatih untuk menyisir bekas medan perang untuk mencari ranjau darat.