Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Berhenti Merokok? Ini Penyebabnya Menurut Sains

Kompas.com - 15/11/2018, 17:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Mengapa kebiasaan merokok sangat sulit dihentikan dan bila sudah berhasil berhenti tetap ada keinginan untuk merokok lagi? Menurut ilmuwan Perancis, penyebabnya bukan cuma niat dari dalam diri, tetapi juga gen yang termutasi.

Risiko kesehatan dari mengonsumsi tembakau sangat besar, tapi sebenarnya hal ini bisa dihindari.

Meski banyak orang sudah mengetahui risikonya dan kampanye pencegahan rokok juga sudah dilakukan di seluruh belahan dunia setiap tahunnya, tetap ada sekitar enam sampai tujuh juta orang meninggal akibat dampak rokok.

Jika bahayanya sudah diketahui, mengapa berhenti merokok sangat sulit. Juga mengapa mereka yang sudah berhenti, mulai merokok kembali?

Baca juga: Temuan Baru: Perusahaan Rokok Melebih-lebihkan Keberadaan Pasar Gelap

Hal ini rupanya tidak terkait dengan kurangnya niat untuk berhenti merokok. Hal yang bertanggung jawab sebenarnya adalah mutasi gen, dan kerentanannya terhadap nikotin juga sudah diketahui selama ini.

Ilmuwan dari Institut Pasteur dan institut Perancis National Center for Scientific Research bekerjasama dengan Universitas Sorbonne dan Insern melakukan penelitia gabungan.

Mereka menemukan bahwa mutasi gen yang dicatat pada tikus, menyebabkan keinginan untuk mulai merokok muncul lagi setelah merokok.

Mutasi ini juga bisa ditemukan pada manusia, yaitu pada sekitar 35 persen warga Eropa dan 50 persen penduduk Timur Tengah.

Reseptor nikotin sulut aktivitas "lingkaran setan"

Menurut studi yang dipublikasikan dalam majalah "Current Biology", nikotin menyebabkan ketagihan karena mengikat reseptor nikotin di otak.

Akibatnya, otak mengaktifkan perasaan mendapat pahala, dan menyulut perasaan senang.

Dalam beberapa tahun terakhir, studi besar-besaran atas gen manusia menunjukkan, mutasi pada gen CHRNA5 berkaitan dengan bertambahnya risiko ketergantungan pada nikotin secara signifikan.

Berdasarkan hasil studi ini, para ilmuwan mengadakan percobaan mutasi gen pada seekor tikus dengan bantuan teknik di bidang gen molekuler.

Mereka kemudian menilai perilaku tikus dalam beberapa hal, dan menunjukkan bahwa mutasi gen menyebabkan konsumsi Nikotin yang makin tinggi, dan kemungkinan kembali merokok setelah berhenti juga bertambah.

"Studi ini memungkinkan kami menilai dampak mutasi gen atas sejumlah stadium ketergantungan pada nikotin dengan presisi tinggi. Ini memberikan penjelasan pertama bagaimana berfungsinya mekanisme yang menyebabkan orang kembali merokok setelah berhenti," demikian dikatakan penulis studi Benoit Forget.

Baca juga: Ahli: Puntung Rokok Lebih Merusak Lingkungan Ketimbang Sedotan Plastik

Dasar untuk mencari obat

Penelitian ini terbilang menarik karena dapat menunjukkan efek ini berkaitan dengan berkurangnya aktivitas neuron di nucleus interpeduncularis, yaitu sebuah area di bagian tengah otak. Bagian ini adalah struktur otak dengan konsentrasi terbesar dari apa yang disebut subunit reseptor α-Nikotin, atau reseptor nicotinic acetylcholine.

"Berdasarkan hasil studi, kini para pakar kedokteran berusaha mencari obat yang mampu meningkatkan aktivitas reseptor nikotin subunit α, agar konsumsi tembakau berkurang dan kemungkinan orang kembali merokok juga berkurang," demikian dikatakan Uwe Maskos, kepala bagian neurobiologi integratif pada bagian Sistem Cholinerge di Institut Pasteur dan CNRS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com