PARIS, KOMPAS.com - Juru bicara pemerintah Perancis Benjamin Griveaux mengecam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kecaman itu terlontar setelah Trump mengeluarkan serangkaian kicauan di Twitter yang mengkritik Presiden Emmanuel Macron pada 13 November lalu.
Baca juga: Batal Kunjungi Makam Tentara Akibat Hujan, Trump Di-Bully Netizen
Tanggal yang jatuh pada Selasa itu merupakan peringatan tiga tahun aksi teror yang terjadi di ibu kota Paris dan kawasan Saint-Denis.
Sepanjang 13 November dalam kicauannya, Trump menyindir Macron dimulai dari rencananya untuk pembentukan pasukan gabungan Eropa.
Trump mengatakan, ide pembentukan pasukan Eropa untuk melindungi diri dari Rusia, China, bahkan AS dianggapnya tak masuk akal.
Sebab, saat Perang Dunia I dan II, justru Jerman merupakan pihak antagonis. Bahkan Trump menyindir apa yang bakal terjadi di Perancis jika AS tak datang.
Kemudian Trump juga menyinggung komentar Macron saat Hari Gencatan Senjata yang menandai berakhirnya PD I 100 tahun silam pada 11 November lalu.
Saat itu, Macron mengatakan bahwa nasionalisme merupakan "pengkhianat dari patriotisme", dan menyinggung "kepentingan negara sendiri" yang secara tak langsung merujuk ke Trump.
Trump membalas dalam kicauannya bahwa Macron tengah berusaha mengalihkan isu internal setelah angka penerimaan publiknya hanya mencapai 26 persen.
"Omong-omong, tidak ada negara lain yang lebih nasionalisme dibanding Perancis yang warganya penuh kebanggaan. Karena itu, mari buat Perancis kembali perkasa!" ujar Trump.
The problem is that Emmanuel suffers from a very low Approval Rating in France, 26%, and an unemployment rate of almost 10%. He was just trying to get onto another subject. By the way, there is no country more Nationalist than France, very proud people-and rightfully so!........
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 13, 2018
Dalam konferensi pers, Griveaux menuturkan bahwa saat 13 November, mereka sedang memperingati tewasnya 130 orang dalam serangan yang didalangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu.
"Karena itu saya akan mengatakannya dalam bahasa Inggris. Sopan santun tentu bakal sangat dihargai saat ini," ujar Griveaux dikutip Sky News Kamis (15/11/2018).
Saat menghadiri peringatan Hari Gencatan Senjata, Trump disorot karena dia tidak datang ke pemakaman tentara AS Aisne-Marne di Belleau.
Saat itu, Gedung Putih beralasan helikopter tak bisa turun dikarenakan pandangan pilot yang begitu terbatas. Sementara Trump tak ingin mengganggu lalu lintas Perancis dengan konvoi kendaraannya.
Tentara Perancis memanfaatkan alasan itu dengan membuat meme lucu di Twitter mereka di mana seorang prajurit merangkak di bawah kabel saat guyuran hujan.
#MondayMotivation Il y a de la pluie, mais c'est pas grave ???? On reste motivé ???? pic.twitter.com/29hOJ9ITF0
— Armée de Terre (@armeedeterre) November 12, 2018
"Hujan juga turun. Namun tak masalah karena kami tetap termotivasi #MotivasiSenin," demikian keterangan foto di akun militer Perancis dilansir BBC.
Baca juga: Presiden Perancis Ingin Bentuk Tentara Gabungan Eropa, Ini Jawab Trump
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.