Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2018, 15:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

SINGAPURA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence membahas krisis Rohingya dengan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Dalam pertemuan ASEAN di Singapura, Pence menegaskan, Washington begitu gelisah dengan perkembangan penanganan Rohingya.

Baca juga: Krisis Rohingya, Begini Kritikan Mahathir kepada Aung San Suu Kyi

"Kekerasan dan persekusi yang dilakukan Myanmar benar-benar tak termaafkan," kata Pence kepada Suu Kyi dikutip Al Jazeera, Rabu (14/11/2018).

Selain Rohingya, Pence juga meminta adanya penegakan demokrasi serta kebebasan berpendapat di Myanmar dan menyinggung tentang penahanan jurnalis di sana.

Ucapan wapres 59 tahun itu merujuk dua jurnalis Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang ditahan di Yangon pada Desember 2017 karena meliput krisis Rohingya.

Mereka divonis bersalah pada September lalu atas dakwaan melanggar Undang-Undang Kerahasiaan, dan harus mendekam tujuh tahun di penjara.

"Penahanan dua jurnalis sejak tahun lalu itu benar-benar menimbulkan kerisauan di kalangan warga Amerika," ucap Pence saat bertemu Suu Kyi.

Suu Kyi membalas komentar Pence dengan menyatakan bahwa setiap orang tentu mempunyai persepsi yang berbeda tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Suu Kyi menjadi ikon demokrasi di Myanmar ketika junta militer berkuasa selama bertahun-tahun, dan pernah dihukum 15 tahun penjara.

Namun, sejak menjabat sebagai Kanselir Myanmar pada 6 April 2016, dia menuai kritikan karena responsnya atas kabar yang menimpa Rohingya.

Sikapnya yang terkesan diam membuat berbagai penghargaan yang pernah diterimanya satu per satu dicabut. Terakhir merupakan gelar dari Amnesty International.

Amnesty memutuskan mencabut penghargaan Duta Besar Hati Nurani yang pernah diterima pada 2009 setelah Suu Kyi dianggap mengkhianati nilai-nilai yang pernah dibelanya.

Sekitar 720.000 orang Rohingya melarikan diri ketika militer Myanmar melakukan operasi pada 25 Agustus 2017 di Negara Bagian Rakhine.

Baca juga: Tak Ingin Dipulangkan, Warga Rohingya Kabur dari Kamp Pengungsian

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com