PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron secara tidak langsung melontarkan sindiran kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Macron mengatakannya setelah Trump melontarkan kritikan mengenai niat Macron untuk membentuk pasukan gabungan Benua Eropa.
Dalam wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria, Macron sempat mendapat pertanyaan mengenai kicauan yang dibuat Trump di Twitter itu.
Baca juga: Presiden Perancis: Eropa Harus Berhenti Bergantung pada Senjata AS
Mantan Menteri Ekonomi, Industri, dan Bidang Digital periode 2014-2016 itu menuturkan dia dan Trump telah menjalin diskusi yang bagus.
Zakaria melanjutkan pertanyaannya apakah berarti twit presiden berusia 72 tahun itu kesalahan, dengan tersenyum Macron berujar dia tak memerintahkan adanya kicauan tersebut.
"Saya lebih suka berdiskusi secara langsung daripada harus berdiplomasi menggunakan Twitter," kata presiden yang berkuasa sejak 2017 itu.
Namun, Macron menegaskan Trump melontarkan kicauan itu demi masa depan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Dalam kicauannya, Trump menyebut keinginan Macron membentuk pasukan gabungan Eropa sungguh sangat keterlaluan dan membuatnya gusar.
"Mungkin Eropa bisa mulai membayar lebih banyak biaya NATO yang selama ini ditanggung AS," kata presiden ke-45 dalam sejarah AS itu.
Sebelumnya ketika diwawancarai radio Europe 1, Macron menyerukan agar dibentuk sebuah tentara Eropa "yang sejati" untuk menangkal ancaman dari Rusia, China, bahkan AS.
Macron menjelaskan Benua Biru harus mulai mengurangi ketergantungan kepada AS setelah Trump mengumumkan keluar dari perjanjian nuklir era Perang Dingin.
Kesepakatan bernama Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) itu ditandatangani pada 8 Desember 1987 antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Macron mengungkapkan, Eropa bakal menjadi korban jika AS serius keluar dari perjanjian yang melarang AS maupun Rusia membuat rudal dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer tersebut.
"Kami tidak akan bisa melindungi masyarakat Eropa kecuali kami memutuskan untuk membentuk pasukan Eropa yang tangguh," tutur Macron.
"Kami membutuhkan Eropa yang bisa melindungi dirinya sendiri dengan baik, tanpa harus bergantung kepada AS," lanjut presiden 40 tahun tersebut.
Dia menyerukan dibentuknya sebuah pasukan khusus gerak cepat dari sembilan negara Eropa, dimana pembentukannya bersifat mandiri dari NATO.
Pasukan dengan jumlah lebih kecil itu bisa dikerahkan untuk misi gunung, mengevakuasi warga dari zona perang, maupun membantu penanganan bencana.
Baca juga: Presiden Perancis Ingin Bentuk Tentara Gabungan Eropa, Ini Jawab Trump
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.