Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

"Bohemian Rhapsody" dan Kisah Para Petarung

Kompas.com - 11/11/2018, 11:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA dua minggu terakhir ini, media massa dan media sosial dipenuhi dengan dua berita yang menjadi perbincangan ramai.

Pertama, eksodus penduduk Honduras  menuju Amerika Serikat. Inilah perjalanan panjang lebih dari lima ribu orang melintasi tiga negara menuju tanah terjanji Amerika Serikat yang berjarak empat ribu lima ratus kilometer.

Foto dan cuplikan video yang memperlihatkan anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang dengan alas kaki jebol yang berjalan beriringan, tentu menguras air mata kita. Mereka para imigran yang akan bertarung di tanah terjanji.

Adapun tanah terjanji (Amerika Serikat) sudah membentangkan pagar kawat berduri nan tebal dengan ribuan tentara di belakang kawat itu untuk mencegah kehadiran ribuan imigran.

Kedua, pemutaran film "Bohemian Rhapsody" yang menceritakan perjalanan biopik grup musik Queen dengan bintangnya Freddie Mercury.

Sepekan setelah penayangan perdana, "Bohemian Rhapsody" langsung menjadi pemuncak film terlaris dengan pendapatan global sekitar Rp 1,8 triliun.

Seperti membungkam para kritikus yang meramalkan film ini akan jeblok di pasaran, "Bohemian Rhapsody" justru menjadi perbincangan ramai di jagat sosial. Generasi 70 hingga 90'an yang karib dengan lagu-lagu Queen menyesaki bioskop.

Tidak itu saja, film ini menjadi tontonan keluarga karena para penonton juga mengajak anak-anaknya untuk menyaksikan kisah Freddie Mercury, sang petarung sejati dengan segala kontroversinya.

Sosok Freddie Mercury bersama Queen memang fenomenal. Lagu-lagunya sampai hari ini tetap laris didengar penikmat musik lintas generasi.

"We Are The Champion" menjadi lagu wajib penutup acara-acara olahraga dan dinyanyikan penonton satu stadion.

Penonton konser supergroup Green Day sebelum konser dimulai selalu bernyanyi bersama "Bohemian Rhapsody" tanpa ada komando. Di pub atau bar menjadi semarak ketika "We Will Rock You" didendangkan.

Dan, kisah tentang Freddie Mercury yang bernama asli Farrokh Bulsara melengkapi cerita kemasyhuran Queen.

Freddie Mercury adalah petarung sejati. Ia menaklukkan Inggris dan kemudian dunia dengan tiga minoritas yang disandang: imigran dari Zanzibar, keluarganya penganut Zoroaster, dan homoseksual.

Ditambah dengan empat gigi depannya yang menonjol, menjadikan Freddie Mercury sosok pecundang apabila tiada jiwa petarung dalam dirinya.

Freddie memulai karier sebagai petugas pengangkat koper di Bandara Heathrow, London. Penggemar Jimmy Hendrik ini sering melewatkan hari di kelab malam di mana  gitaris Brian May dan drummer Roger Taylor sering memainkan musik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com