Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Oman, Israel Tawarkan Jaringan Kereta Api ke Negara-negara Teluk

Kompas.com - 08/11/2018, 18:43 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

TEL AVIV, KOMPAS.com - Pemerintah Israel berencana menawarkan pembangunan jaringan rel kereta api yang akan menghubungkan Laut Tengah dan kawasan Teluk.

Menteri Transportasi dan Intelijen Israel Yisrael Katz hadir dalam kongres Persatuan Transportasi Darat Internasional (IRU) di Oman yang dibuka pada Rabu (7/11/2018).

Israel yakin bisa mewujudkan rencana ini meski tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab.

Baca juga: Demi Melawan Iran, Relasi Israel dan Negara Teluk Semakin Mesra

Katz dijadwalkan hadir dalam Kongres IRU di ibu kota Oman, Muscat untuk menawarkan rencana yang dinamakan "Tracks for Regional Peace".

Proyek ini bertujuan menghubungkan pesisir Laut Tengah dan negara-negara Teluk melewati Israel dengan menggunakan rel kereta api.

Bulan lalu, Katz mengatakan, dia sudah menyampaikan rencana ini kepada Kanselir Jerman Angela Merkel yang mempertimbangkan untuk terlibat dalam proyek tersebut.

Sementara itu, utusan khusus AS untuk Timur Tengah Jason Greenblatt menyambut baik inisiatif itu.

Greenblatt menyerukan dukungan untuk terciptanya dialog antara Israel dan negara-negara Arab.

Kunjungan Katz ke Oman terjadi kurang dari dua pekan setelah PM Benyamin Netanyahu melakukan kunjungan resmi ke Oman yang tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Kunjungan bersejarah Netanyahu ini seolah menandai kemenangan diplomasi Israel yang perlahan-lahan mengikis isolasi negeri Yahudi itu di Timur Tengah.

Dan yang lebih penting adalah, kunjungan itu memicu pertanyaan soal kalkulasi strategis Oman di masa depan.

Baca juga: Netanyahu: Hubungan Israel dan Negara Arab, Kunci Perdamaian Palestina

Muscat beralasan upaya mendekatkan diri dengan Israel membantu menjembatani jarak antara Palestina dan Israel.

Namun, tetap saya Oman tak bisa begitu saja "lolos" dari pandangan negatif terkait kunjungan Netanyahu.

Dalam foto yang dirilis istana Kerajaan Oman pda 26 Oktober 2018 ini memperlihatkan Sultan Qaboos bertemu dengan PM Israel Benyamin Netanyahu di ibu kota Muscat. Omani Royal Palace / AFP Dalam foto yang dirilis istana Kerajaan Oman pda 26 Oktober 2018 ini memperlihatkan Sultan Qaboos bertemu dengan PM Israel Benyamin Netanyahu di ibu kota Muscat.
Langkah Sultan Qaboos menerima Netanyahu seakan menjadi petunjuk implisit negara itu mulai menerima posisi politik regional Israel.

Hal yang lebih luas adalah, kunjungan Netanyahu ke Oman ini menunjukkan pergeseran blok regional pimpinan Arab Saudi yang kian dekat dengan Israel untuk menghadapi pengaruh Iran.

Setidaknya, kunjungan Netanyahu ini bisa menjadi peringatan bagi Iran yang secara tradisional memandang Oman sebagai pelindung kepentingan Iran di kawasan Teluk dan Timur Tengah.

Baca juga: Wilayahnya Dihujani Roket dari Gaza, Israel Tuduh Suriah dan Iran

Sudah sejak lama Oman membanggakan diri sebagai negara dengan peran independen di Timur Tengah.

Meski secara resmi Oman merupakan anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) tetapi banyak sumber yang menyebut Oman sebenarnya enggan menjadi anggota blok pimpinan Saudi ini.

Bahkan beberapa tahun lalu muncul rumor Oman berencana menggelar referendum untuk memutuskan apakah negeri itu akan tetap menjadi anggota GCC atau keluar dari aliansi tersebut.

Terdapat tiga isu mengapa Oman tak terlalu cocok dengan Arab Saudi.

Pertama, dalam sejarahnya Oman selalu menjaga hubungan baik dengan Iran baik di masa Shah Reza Pahlevi atau di masa pasca-revolusi Islam.

Kedua, secara resmi Muscat menyatakan netral dalam sengketa diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar. Namun, di belakang layar, Oman diam-diam memperkuat hubungannya dengan Doha.

Ketiga, meski secara resmi Oman menyatakan netral dalam konflik Yaman tetapi sudah menjadi rahasia umum jika Muscat menentang operasi militer Saudi di Yaman.

Baca juga: Putra Mahkota Saudi: Israel dan Palestina Punya Hak di Tanah Mereka

Di sisi lain, Oman juga "berutang budi" kepada intervensi militer Iran terkait integritas teritorialnya.

Sultan Qaboos bahkan pernah mengatakan bahwa kerajaan itu berutang pada para prajurit Iran yang tewas saat memerangi pemberontakan Dhofar yang berhaluan komunis. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com