Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Oman, Israel Tawarkan Jaringan Kereta Api ke Negara-negara Teluk

Kompas.com - 08/11/2018, 18:43 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Langkah Sultan Qaboos menerima Netanyahu seakan menjadi petunjuk implisit negara itu mulai menerima posisi politik regional Israel.

Hal yang lebih luas adalah, kunjungan Netanyahu ke Oman ini menunjukkan pergeseran blok regional pimpinan Arab Saudi yang kian dekat dengan Israel untuk menghadapi pengaruh Iran.

Setidaknya, kunjungan Netanyahu ini bisa menjadi peringatan bagi Iran yang secara tradisional memandang Oman sebagai pelindung kepentingan Iran di kawasan Teluk dan Timur Tengah.

Baca juga: Wilayahnya Dihujani Roket dari Gaza, Israel Tuduh Suriah dan Iran

Sudah sejak lama Oman membanggakan diri sebagai negara dengan peran independen di Timur Tengah.

Meski secara resmi Oman merupakan anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) tetapi banyak sumber yang menyebut Oman sebenarnya enggan menjadi anggota blok pimpinan Saudi ini.

Bahkan beberapa tahun lalu muncul rumor Oman berencana menggelar referendum untuk memutuskan apakah negeri itu akan tetap menjadi anggota GCC atau keluar dari aliansi tersebut.

Terdapat tiga isu mengapa Oman tak terlalu cocok dengan Arab Saudi.

Pertama, dalam sejarahnya Oman selalu menjaga hubungan baik dengan Iran baik di masa Shah Reza Pahlevi atau di masa pasca-revolusi Islam.

Kedua, secara resmi Muscat menyatakan netral dalam sengketa diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar. Namun, di belakang layar, Oman diam-diam memperkuat hubungannya dengan Doha.

Ketiga, meski secara resmi Oman menyatakan netral dalam konflik Yaman tetapi sudah menjadi rahasia umum jika Muscat menentang operasi militer Saudi di Yaman.

Baca juga: Putra Mahkota Saudi: Israel dan Palestina Punya Hak di Tanah Mereka

Di sisi lain, Oman juga "berutang budi" kepada intervensi militer Iran terkait integritas teritorialnya.

Sultan Qaboos bahkan pernah mengatakan bahwa kerajaan itu berutang pada para prajurit Iran yang tewas saat memerangi pemberontakan Dhofar yang berhaluan komunis. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com