RIYADH, KOMPAS.com - Warga Arab Saudi tidak begitu senang dengan cara Washington Post memberitakan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
Akibatnya, muncul aksi ramai-ramai boikot situs jual beli online, Amazon.
Diwartakan CNN, Senin (5/11/2018), ribuan pengguna sosial media di Saudi menyerukan boikot terhadap situs yang didirikan oleh Jeff Bezon.
Baca juga: Saudi Kirim Tim Pembersih untuk Hapus Jejak Kematian Khashoggi
Pasalnya, Bezon termasuk pemilik Washington Post dan sejauh ini memiliki saham terbesar di Amazon.
Sementara, Khashoggi merupakan kolumnis Washington Post. Surat kabar itu berulang kali meminta informasi sahih mengenai kematian Saudi dan agar pelaku pembunuhan diadili.
Pada Jumat lalu, Post bahkan menerbitkan kolom opini editorial yang diisi oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.
"Perintah pembunuhan untuk membunuh Khashoggi berasal dari level tertinggi pemerintahan Saudi," tulisnya.
Warganet di Twitter dan media lokal mengecam "kampanye media" itu karena dianggap bertujuan menodai citra Arab Saudi dan Putra Mahkota Pangeran Mohammmed bin Salman.
In Saudi Arabia, The Washington Post’s coverage of Jamal Khashoggi's killing fuels a boycott of Amazon, whose CEO also owns The Post https://t.co/QEJiPftSy6
— Washington Post (@washingtonpost) 5 November 2018
Wartawan Saudi, Bandar Otyf, menyebut Post secara konsisten menerbitkan artikel yang memfitnah.
"Mari kita membela bangsa kita, boikot Amazon untuk mengirim pesan pemiliknya agar sadar dengan skala kekacauan," imbuhnya.
Eksistensi Amazon di Timur Tengah memang tidak besar, tapi perusahaan itu membeli Souq.com, platform niaaga online terkemuka berbasis di Dubai.
"Boikot Amazon dan Souq.com," demikian sejumlah isu tren yang berkembang di media sosial di Arab Saudi.
"Ini tidak dapat diterima, pemilik Amazon merupakan pemilik surat kabar yang menyerang negara dan pemimpin kita," tulis seorang pengguna Twitter.
Namun, pengguna yang lain memiliki pendapat yang berbeda.
"Pemilik Amazon punya saham di Twitter, jadi jika Anda serius, maka boikotlah juga Twitter," tulisnya.
Baca juga: Anak-anak Khashoggi Ingin Pemerintah Saudi Kembalikan Jenazah Sang Ayah
Dalam perkembangan terbaru kasus Khashoggi, sebuah tim yang termasuk di dalamnya seorang ahli kimia dan toksikologi disebut telah dikirim pemerintah Saudi ke Istanbul.
Tim tersebut dikirim ke kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul untuk membersihkan bukti-bukti pembunuhan Khashoggi.
Kedua pakar itu digambarkan harian Sabah sebagai "para pembersih". Keduanya diyakini mengunjungi kantor konsulat Saudi setiap hari selama sepekan sebelum meninggalkan Turki pada 17 Oktober 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.