Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kelam Sebuah Jembatan yang Indah di Swiss

Kompas.com - 05/11/2018, 15:18 WIB
Ervan Hardoko

Editor

KOMPAS.com - Jika kita melihat kartu pos atau film dokumeter tentang Swiss, yang tersaji adalah sebuah negara dengan keindahan alam yang luar biasa.

Pegunungan berselimut salju yang dihiasi desa-desa kecil tak ubahnya sebuah negeri yang hanya ada di dalam dongeng.

Namun, ternyata Swiss memiliki sisi lain yang jarang diketahui. Sisi lain itu adalah sebuah jembatan indah tetapi memiliki kisah kelam.

Warga Indonesia yang kini bermukim di Swiss, Krisna Diantha membeberkan kisahnya.

Indah namun menyedihkan. Bahkan, ada saatnya, terlihat cukup menakutkan. Begitulah jika melewati jembatan Lorzentobel di Zug, Swiss. 

Apalagi saat musim gugur tiba, ketika dedaunan yang semula hijau, menjadi kuning, bahkan memerah.

Baca juga: Tekan Kasus Bunuh Diri, Dusun Ini Terapkan Sanksi Sosial Berat Bagi Pelaku

Dedaunan berguguran melayang layang hingga jatuh ke sungai Lorzen yang membentang di bawahnya. 

Seruas jalan setapak di tepi sungai kecil ini, menjadi tempat lalu lalang sepeda gunung, pejalan kaki, atau para ibu dengan kereta dorongnya. 

Suhu yang belum begitu menggigil, membuat kawasan ini, memang amat cocok untuk jalan-jalan sore.

Dari atas jembatan, sejauh mata memandang, terlihat hutan yang menguning, atau lembah hijau desa Menzingen.

Di sisi lainnya, terlihat keasrian desa Baar. Namun, jika terus melangkah ke ujung jembatan ini, bersiap-siaplah tercekat.

Di ujung jembatan terlihat puluhan lilin merah menyala. Ada salib kecil, kalung logam, dan juga beberapa nama beberapa orang.

Ya, nama-nama itu adalah mereka yang sengaja mengakhiri hidupnya, dengan jalan meloncat dari jembatan ini, terjun bebas 50 meter, terhempas ke batu cadas tepi sungai Lorzen.

Jembatan itu menjadi salah satu lokasi dengan angkat bunuh diri terbanyak di Swiss. Saban tahun, rata rata empat orang bunuh diri di jembatan ini.

Baca juga: Pria Ini Bantu Istri Bunuh Diri demi Klaim Asuransi Rp 15 Miliar

Caranya, itu tadi, meloncat dari jembatan ini, dan terhempas ke bebatuan di tepi jalan setapak yang dikelilingi pemandangan indah sungai Lorzen.

Jika sudah demikian, kisah jalan-jalan indah di tepi sungai, di bawah jembatan bernama sama, berubah menjadi kisah memilukan soal hidup seseorang.

Tercatat 12 orang per 100.000 penduduk Swiss yang bunuh diri per tahunnya. Sehinga negeri ini berada di papan tengah Eropa untuk masalah angka bunuh diri.

Provinsi Zug menempati posisi agak di atas untuk urusan bunuh diri di Swiss, yakni delapan orang per 100.000 penduduk. 

Artinya, jembatan ini menyumbang hampir separuh angka bunuh diri di provinsi terkaya Swiss ini.

Baca juga: Tak Mau Sekolah, Bocah 8 Tahun Ancam Bunuh Diri dari Lantai 33

Jumlah angka bunuh diri ini membuat pemerintah provinsi Zug tidak tinggal diam. Berbagai cara dilakukan agar angka bunuh diri dari jembatan ini berkurang.

Caranya, dibangunlah pembatas dari kaca setinggi 1,6 meter di tepi jembatan.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Zug, Martin Pfister, pembuatan tembok pembatas itu cukup mengurangi angka kasus bunuh diri.

"Kalau dulu empat orang per tahun (bunuh diri), sekarang ini hanya satu atau dua orang saja. Intinya, jembatan ini bukan lagi favorit sebagai lokasi bunuh diri,“ kata Martin kepada wartawan.

Sayangnya terdapat jembatan di lokasi tersebut.  Jembatan pertama, pembatasnya bukan terbuat dari kaca, namun dari besi.

Pembatas dari besi ini, lebih mudah dipanjat ketimbang pembatas kaca. Bahkan, ada korban bunuh diri yang sengaja membawa tangga dan meloncat dari jembatan tersebut.

Barbara Weiss, pakar masalah bunuh diri Swiss, mengatakan, pembatas besi itu tak banyak berguna untuk mencegah orang mencabut nyawanya sendiri.

"Kalau sudah ada niat, akan selalu cari jalan,“ katanya.

Baca juga: 2 Koleganya Terjerat Kasus Korupsi, Kepala Polisi di China Bunuh Diri

Selain tembok pembatas, pemerintah Zug juga memasang saluran telepon darurat di ujung jembatan ini.

Gunanya, agar mereka yang masih ragu untuk bunuh diri, menyempatkan diri berkonsultasi terlebih dahulu.

"Dan pada akhirnya diharapkan dia mengurungkan niatnya,“ kata Martin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com