SEOUL, KOMPAS.com - Para perempuan yang membelot dari Korea Utara (Korut) mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual mulai dari pejabat pemerintah hingga tentara.
Pengakuan itu terangkum dalam laporan terbaru Human Rights Watch (HRW) yang dirilis Kamis (1/11/2018), sebagaimana diwartakan The Guardian.
Dalam laporan setebal 98 halaman itu, HRW mewawancarai 54 perempuan Korut yang melarikan diri sejak 2011, atau ketika Kim Jong Un berkuasa.
Baca juga: Menstruasi Terhenti dan Perkosaan Jadi Kondisi Tentara Perempuan Korut
Mereka yang tersebar di seluruh Asia ditanyai, dan dibutuhkan sekitar dua tahun untuk memprosesnya sehingga menjadi sebuah laporan.
Di laporan itu, para pejabat kebal dari hukuman. Jika telah memilih perempuan yang disukai, individu itu tak punya pilihan selain mematuhinya demi mendapat uang atau bantuan lain.
"Kontak seksual tak diinginkan serta kekerasan merupakan hal umum di Korut sehingga mereka menganggapnya sebagai bagian dari kehidupan," demikian isi dari laporan tersebut.
Ketika Kim kini mulai fokus menata ekonomi Korut, pasar gelap masih menjadi andalan warga Korut, dan dilaporkan pelecehan seksual terjadi di sana.
Salah satu perempuan yang mengisahkan pengalamannya Oh Jung Hee. Dia mengaku sering terjadi sehingga warga menganggapnya bukan masalah serius.
"Kami diperlakukan seperti mainan. Kami manusia. Kami bisa merasakannya. Kadang, kami menangis tanpa tahu kenapa," kata Oh.
Heo Jong Hae, mantan polisi di Korut, juga menceritakan kisah yang sama. Dia berkata 90 persen perempuan yang dia kenal pernah dilecehkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.