Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2018, 09:34 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

RIYADH, KOMPAS.com - Seorang pangeran Arab Saudi yang sempat menuai kontroversi karena mengkritisi Raja Salman dan Putra Mahkota kembali ke negaranya, di tengah krisis atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Diwartakan AFP, Rabu (31/10/2018), pulangnya adik Raja Salman, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud, ke negaranya memicu spekulasi kemungkinan keluarga kerajaan untuk mencari dukungan atas berbagai kecaman dari global.

Otoritas Saudi belum mengomentari perihal alasan utama Pangeran Ahmed kembali ke Saudi, setelah menghabiskan waktu beberapa bulan di London, Inggris.

Ketika mendarat di Saudi pada Selasa pagi, Pangeran Mohammed bin Salman menyambut langsung kedatangannya dengan hangat di bandara.

Baca juga: Jaksa Saudi Tolak Bagikan Informasi ke Turki soal Pembunuhan Khashoggi

The New Arab melaporkan, Pangeran Ahmed disebut kembali ke kerajaan dengan jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan Inggris.

Seorang sumber anonim mengatakan kepada Middle East Eye, Pangeran Ahmed merupakan salah satu anggota kerajaan Saudi yang menyadari Pangeran Mohammed telah menjadi racun.

Sebagai anggota Allegiance Council, badan anggota kerajaan senior yang bertugas memilih pengganti putra mahkota, Pangeran Ahmed diduga menentang penunjukkan Pangeran Mohammed.

Bulan lalu, dia juga menarik perhatian ketika berbicara dengan pengunjuk rasa Yaman dan Bahrain yang berdemontrasi di luar rumahnya di London.

Dalam rekaman video, dia mengatakan pengunjuk rasa untuk berhenti menyalahkan kerajaan atas keterlibatan Saudi dalam perang Yaman, melainkan hanya Raja Salman dan putra mahkota.

"Apa yang keluarga lakukan? Hanya beberapa individu yang bertanggung jawab... raja dan putra mahkota," ucapnya.

Komentar itu dipandang sebagai pernyataan langka dari seorang anggota keluarga kerajaan. Namun, Pangeran Ahmed menilai video yang beredar salah interpretasi.

Selain Pangeran Ahmed, tiga pangeran lainnya mengonfirmasi kedatangannya ke Riyadh pada Selasa lalu.

Baca juga: Rayakan Pesta Halloween di Saudi, 19 Pekerja asal Filipina Ditangkap

Jauh sebelum kasus Khashoggi, Pangeran Mohammed memperkuat kekuasaannya dengan menindak tegas perbedaan pendapat dengan memenjarakan ulama terkemuka, aktivis, pangeran, dan elite bisnis.

Tapi beberapa pakar menyangkal spekulasi mengenai Pangeran Ahmed dapat menimbulkan pertentangan terhadap otoritas putra mahkota.

"Ahmed bukan pangeran yang tidak sepakat. Dia menjadi tokoh sentral dalam keluarga kerajaan selama bertahun-tahun," kata Michael Stephens, pakar Timur Tengah di Royal United Service Institute.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com