BEIJING, KOMPAS.com - Niat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump keluar dari perjanjian nuklir sejak era Perang Dingin tidak saja berdampak kepada Rusia.
Diwartakan South China Morning Post Minggu (21/10/2018), sejumlah pakar memberikan analisi Trump hendak menargetkan China.
Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) ditandatangani pada 1987 antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Baca juga: AS Berencana Akhiri Perjanjian Senjata Nuklir Era Perang Dingin dengan Rusia
Dengan perjanjian itu, setiap negara dilarang mengembangkan rudal berkepala nuklir dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer.
Fu Mengzi, Wakil Direktur Institut Relasi Internasional Kontemporer China berkata, AS berniat memulai strategi jangka panjang setelah keluar dari INF.
"Setelah mengakhiri INF, AS bakal memulai serangkaian pengembangan dan penempatan peralatan militer baru," papar Fu.
New York Times Sabtu (20/10/2018) memberi ulasan, AS bisa menempatkan rudal penjelajah Tomahawk mereka dengan versi nuklir.
Militer AS bermaksud mendesain ulang rudal dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer tersebut bisa diluncurkan dari darat.
Selain itu, kapal perang dan kapal selam yang sudah membawa Tomahawk konvensional bisa memasang ulang dengan menempatkan hulu ledak nuklir.
Ketegangan AS dan China tidak saja karena perang dagang, namun juga Laut China Selatan di mana Beijing mengklaim hampir seluruh wilayahnya.
Di sisi lain, Negeri "Paman Sam" terus melaksanakan operasi navigasi bebas di wilayah tersebut dan mengancam ambisi strategis China.
Collin Koh, peneliti Universitas Teknologi Nanyang Singapura menjelaskan, keputusan Trump bisa berdampak Rusia dan China mempercepat program pengembangan senjata mereka.
"Sepertinya, China bakal merespon rencana AS itu dengan menjustifikasi pemasangan berbagai fasilitas militer," jelas Koh.
Penerima Nobel Perdamaian 2017 Beatrice Fihn melalui Kampanye Internasional Penghapusan Senjata Nuklir (ICAN) mengkritisi Trump.
Baca juga: Rusia: Rencana AS Tinggalkan Kesepakatan Senjata Nuklir Langkah Berbahaya
Menurutnya, presiden berusia 72 tahun itu telah menunjukkan dirinya sebagai pria penghancur alih-alih pemberi kedamaian.