Catatan Damar Juniarto yang selama 21 hari mengikuti Visitor Leadership Program (IVLP) 2018 bertema Cyber Policy and Online Freedom of Expression di Amerika Serikat.
ADA satu nama yang selalu muncul dalam pertemuan peserta International Visitor dengan instansi, organisasi, dan para akademisi di Amerika Serikat saat berdiskusi tentang kebebasan berekspresi online.
Nama itu bukanlah Donald Trump, sang presiden, tebakan yang salah. Nama yang justru kerap muncul adalah Alex Jones dari Infowars. Siapa dia dan mengapa namanya selalu muncul?
Rupanya di bulan Agustus 2018 lalu, publik Amerika diguncang manakala Youtube, Facebook, Apple, Spotify melakukan blokir, menghapus konten, mencabut rekaman Alex Jones di platform mereka.
Bulan berikutnya, 6 September 2018, Twitter yang pada awalnya menolak untuk melakukan sensor, namun akhirnya memutuskan melarang akun @realalexjones dan @infowars juga di platformnya dengan alasan melanggar ketentuan mereka.
Apa alasannya?
Youtube mengatakan, Alex Jones telah berulang kali melanggar ketentuan (Community Guideline), seperti soal ujaran kebencian dan pelecehan, oleh karena itu penyedia platform video itu akhirnya menutup Youtube Channel yang digunakan Alex Jones.
Facebook mencabut 4 laman Facebook Page milik Alex. Alasannya, karena Alex Jones melakukan glorifikasi kekerasan dan menggunakan bahasa yang merendahkan saat mengacu pada transgender, Muslim, dan imigran sehingga melanggar aturan mengenai ujaran kebencian.
Sedangkan Twitter mengatakan, tindakan pelarangan akun milik Alex Jones berdasarkan pada laporan Tweets dan video yang diposting telah melanggar kebijakan perilaku kasar, selain pelanggaran akun tersebut sebelumnya.
Spotify menyebutkan, pelanggaran kebijakannya terhadap "konten kebencian" sebagai alasan untuk menghapus sejumlah episode podcast Alex Jones Show: Infowars dari layanan streaming-nya.
Sebenarnya apa yang dilakukan Alex Jones di media sosial dan mengapa publik Amerika terguncang?
Yang kerap disoroti adalah postingan Alex Jones di media sosial dan juga situsnya Infowars.com tatkala terjadi kejadian penembakan Sandy Hook di sebuah Sekolah Dasar di Newmont, Connecticut pada tanggal 14 Desember 2012.
Alex Jones menuding bahwa penembakan itu tak pernah terjadi, tidak ada korban meninggal sebanyak lebih dari 20 anak-anak dan orang-orang tua yang berduka itu sebenarnya adalah aktor-aktor yang dibayar oleh aktivis anti-senjata.
Alex Jones mengungkapkan teori konspirasi bahwa itu semua dibuat hanya agar Amerika kelihatan buruk di mata dunia.
Yang terjadi setelahnya, postingan Alex Jones ini dijadikan dasar bagi para penggemarnya untuk menekan para orang tua korban penembakan Sandy Hook dengan ancaman pembunuhan dan pelecehan.
Veronique De La Rosa dan Leonard Pozner - yang putranya Noah termasuk menjadi korban mengatakan ia sering menerima ancaman dan pelecehan online dari para penggemar Alex Jones, sehingga ia dan suaminya telah berpindah tujuh kali, terakhir ke komunitas yang aman di negara bagian lain. Setiap kali mereka pindah, para penguntit menemukan dan memosting keberadaan mereka “dengan kecepatan cahaya”.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.