Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sekolah Ini, Siswanya Bayar Uang Sekolah Pakai Sampah

Kompas.com - 12/10/2018, 19:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

KIRIROM, KOMPAS.com - Di gedung dengan dihiasi ban maupun sepatu bekas, Roeun Bunthon dengan serius menulis di buku saat pelajaran bahasa Inggris.

Bunthon merupakan satu dari 65 anak yang bersekolah di Sekolah Coconut di Taman Nasional Kirirom Kamboja, yang seluruh bangunannya dibuat dari bahan bekas.

Dilansir AFP Jumat (12/10/2018), sekolah itu juga dikenal sebagai "Sekolah Sampah" karena siswanya cukup membayar menggunakan sampah, bukan uang tunai.

Baca juga: Pelaku Wisata di NTT Wajib Pungut Sampah

Sekolah itu didirikan oleh Ouk Vanday atau Si Pria Sampah. Mantan manajer sebuah hotel yang bercita-cita membangun Kamboja bebas sampah.

Berlokasi sekitar 115 kilometer dari ibu kota Phnom Penh, Vanday berkata Sekolah Coconut itu dibuka sejak satu setengah tahun lalu.

Selain memberikan pelajaran umum, dia juga mengajarkan pentingnya untuk mengurangi sampah. Karena itu, dia mendesain sekolahnya dari sampah yang dikumpulkan murid-muridnya.

Selain ban bekas yang dicat berwarna-warni, terdapat mural bendera Kamboja yang dibuat dari tutup botol dengan berbagai warna.

"Saya sengaja mendesain kelas saya menggunakan sampah sehingga anak-anak memahami bahwa sampah bisa didaur ulang dengan lebih baik," terang pria 34 tahun tersebut.

Inspirasinya datang ketika dia berkeliling Kamboja, dan melihat situs wisata yang tertutup dengan sampah. Merasa terganggu, dia membuka proyek percontohan di Phnom Penh pada 2013.

Dengan optimistis, Vanday menuturkan dia berharap murid-muridnya bakal menjadi aktivis untuk memperjuangkan lingkungan di Kamboja.

Dia berencana membuka Taman Kanak-kanak (TK) pada tahun depan, dengan dinding kelasnya dibuat dari botol plastik.

Selain itu, dia juga berencana mengembangkan kelas hingga provinsi miskin Kampong Speu yang bisa menampung hingga 200 anak.

Adanya sekolah tersebut memberikan peluang bagi Bunthon, yang notabene pernah menjadi anak jalanan, untuk mendapat masa depan yang lebih baik.

Baca juga: Penampakan Sampah Berserakan di Hutan Kota Danau Cincin

"Saya berhenti mengemis karena saya merasa punya kesempatan hidup yang baru," ujar Bunthon yang membayar sekolahnya menggunakan botol plastik tersebut.

Visi Vanday termasuk mengagumkan di negara di mana plastik dan botol dilempar keluar tanpa pikir panjang. Banyak di antaranya teronggok di pantai sehingga merusak keindahannya.

Kementerian Lingkungan dalam laporannya menyatakan, masyarakat Kamboja membukukan 3,6 juta ton sampah sepanjang 2017.

Juru bicara kementerian Neth Pheaktra berkata, hanya 11 persen yang bisa didaur ulang. Sementara sisanya dibawa ke tempat penampungan akhir.

Tempat penampungan yang makin menggunung memberikan masalah mulai dari gas metana yang bisa menciptakan kebakaran hingga polusi.

Baca juga: Buang Sampah ke Sungai di Bandung, Pria Ini Divonis Denda Rp 500.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com